Translate

Ad

Friday, June 26, 2020

Abstrak Jurnal Penelitian PENINGKATAN PERSEPSI PANGAN ALTERNATIF BERBASIS KOMODITAS LOKAL UNTUK MENUNJANG KETAHANAN PANGAN


Peningkatan persepsi pangan alternatif berbasis komoditas lokal untuk menunjang ketahanan pangan

 KIKI FIBRIANTO, STP.MPhil. PhD
Abstrak

Diversifikasi pangan merupakan salah satu alternatif cara yang bisa ditempuh untuk mewujudkan ketahanan pangan. Sesuai dengan PP nomor 68 tahun 2002, diversifikasi pangan didefinisikan sebagai upaya untuk meningkatkan konsumsi pangan yang beraneka ragam dengan tetap mengedepankan prinsip gizi seimbang. Penganekaragaman konsumsi pangan ini bertujuan untuk mengurangi konsentrasi konsumen terhadap satu macam produk pangan sehingga tidak hanya mengurangi beban produksi komoditas pangan tertentu, tetapi juga akan mampu mendorong terjadinya pasar baru terhadap komoditas pangan alternatif. 

Indonesia sebagai bangsa yang sebagian besar masyarakatnya sangat tergantung pada beras sebagai makanan pokok sumber karbohidrat. Seiring dengan kenaikan jumlah populasi penduduk sekitar 1.5% per tahun dalam dua dekade terakhir, kebutuhan akan konsumsi beraspun meningkat. Meskipun secara nasional produksi beras meningkat dari 52 juta ton menjadi 71 juta ton dalam satu dekade terakhir, Indonesia masih melakukan impor beras sebesar 1.8 juta ton sepanjang tahun 2012. 

Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan ketersediaan bahan pangan, terutama bahan pangan pokok perlu dilakukan diversifikasi pangan yang continue dan sustainable. Hal ini perlu dilakukan tidak hanya untuk mengurangi beban impor negara akan tetapi juga memberikan manfaat kesehatan bagi masyarakat. Masyarakat perlu disadarkan bahwa konsumsi pangan non-beras dapat membantu penurunan prevalensi diabetes. Beras memiliki glycemic index (GI) diatas 85% sedangkan jagung dan umbi-umbian memiliki GI dibawah 60%. Oleh karena itu konsumsi pangan non-beras dapat membantu mencegah diabetes atau paling tidak menurunkan prevalensi diabetes. Meskipun demikian, bukan berarti konsumsi beras harus ditiadakan. Mengingat masyarakat Indonesia sudah terbiasa dengan nasi sebagai makanan pokok, yang paling mungkin dilakukan adalah dengan mengkombinasi menu yang memungkinkan untuk mengkonsumsi bahan pangan substitusi. Di sini yang perlu ditekankan adalah pentingnya “food combining” dan “food diversification”untuk tidak hanya menurunkan beban impor beras, tetapi juga menurunkan angka prevalensi diabetes Indonesia. 

Meskipun kombinasi dan diversifikasi pangan merupakan langkah yang bisa diambil untuk menjaga ketersediaan beras nasional, secara praktis masyarakat Indonesia masih sangat sulit meninggalkan kebiasan mengkonsumsi beras. Seiring dengan meningkatnya status pendidikan masyarakat secara umum, perlu dikampanyekan tentang pentingnya kombinasi dan diversifikasi pangan. Telah banyak penelitian untuk menciptakan “rice substitute” atau “artificial rice”, akan tetapi penerimaan pasar masih belum bisa optimal. Hal ini selain disebabkan oleh faktor harga yang umumnya lebih mahal dari beras asli, secara organoleptik beras tiruan dari sumber karbohidrat alternatif tidak sama dengan dengan beras asli. Oleh karenanya ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi hal ini. Salah satunya adalah dengan melakukan optimasi proses produksi beras tiruan baik untuk formulasi, aplikasi teknologi proses serta kualitas sensorisnya. Penting untuk diapresiasi bahwa perbedaan atribut sensoris dari sumber karbohidrat non-beras merupaka potensi untuk terus digali dan dikembangkan untuk meningkatkan variasi serta pilihan konsumsi bahan pangan pokok.


No comments:

Post a Comment