Sebuah perusahaan ingin menerapkan suatu metode baru dalam pelatihan menjual bagi karyawan baru departemen
salesnya. Untuk melihat apakah metode pelatihan baru ini lebih layak
daripada metode standar yang biasa digunakan di pelatihan sales, maka
perusahaan tersebut mencoba membandingkan kedua metode tersebut, dengan
cara menerapkan kedua metode pelatihan kepada 30 karyawan baru untuk
departemen sales. Dari ke 30 karyawan tersebut dibagi menjadi dua grup,
yaitu grup 1 yang diberi pelatihan standar dan grup 2 yang diberi
pelatihan baru. Masing-masing grup terdiri dari 15 karyawan. Selanjutnya
perusahaan tersebut melihat hasil pencapaian rata-rata penjualan per
blan dari masing-masing salesnya. Ujilah apakah metode baru tersebut
lebih baik daripada metode standar?
Data-data rata pencapaian sales perbulan dari masing-masing salesman adalah sbb:
Penyelesaian:
Untuk menjawab kasus ini kita akan menggunakan independent t test,
namun sebelumnya kita akan melakukan uji normalitas dahulu terhadap
datanya, apakah data-data tersebut terdistribusi normal atau tidak. Uji
normalitas dapat dilakukan dengan beberapa cara, dengan spss kita
menguji dengan uji Kolmogorov-Smirnov atau uji Shapiro-Wilk. (lihat cara
uji normalitas dengan spss). Output yang dihasilkan untuk normalitasnya
adalah sbb:
Karena
jumlah data masing-masing grup kurang dari 50 (<50), maka disarankan
kita menggunakan uji Shapiro-Wilk, dengan ketentuan apabila nilai
sig> 0.05 maka data terdistribusi secara normal. Berdasarkan
tabel diatas ternyata kedua grup data nilai sig-nya diatas 0.05 (yaitu
0.160 dan 0.310) sehingga kita simpulkan data terdistribusi normal, yang
selanjutnya kita lanjutkan dengan uji independent t test. Berikut langkah-langkah penyelesaian untuk kasus diatas:
1. Menentukan hipotsesisnys terlebih dahulu, yaitu:
H0: µ metode1= µmetode 2 (Dua metode dianggap sama saja dalam meningkatkan prestasi keberhasilan sales dalam menjual)
Ha: µ metode1 ≠ µmetode 2 (Dua metode ternyata berbeda dalam meningkatkan prestasi keberhasilan sales dalam menjual)
2. Menentukan level significansinya, Standarnya biasanya pada level kepercayaan 95% atau nilai alphanya adalah 0.05
3. Menentukan nilai t kritisnya, dihitung berdasarkan nilai
level significansi yang telah kita tetapkan pada langkah 2 diatas,
berdasarkan nilai alpha 0.05 dan nilai Df 28 maka nilai t kritisnya
adalah 2.0484 atau -2.084
Menentukan nilai t hitungnya dengan menggunakan SPSS, yang selanjutnya
kita bandingkan dengan nilai t kritisnya. Berikut adalah output SPSS
untuk kasus diatas:
Berdasarkan
hasil tersebut ternyata nilai t hitung berada diluar range titik kritis
kurva atau dibawah nilai kritis sebelah kiri kurva normalnya, yaitu
nilai t hitungnya adalah -3.882, sehingga kita menyimpulkan bahwa kita
menolak Hipotesis null dan menerima hipotesis alternatinya, yang artinya
kita dapat simpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
kedua metode pelatihan menjual tersebut. Selain dengan melihat nilai
t-nya kita juga dapat menyimpulkan hasil tersebut dengan melihat nilai
sig-nya dimana pada kasus tersebut nilainya adalah 0.001 lebih kecil
dari dari nilai alpha yang kita tetapkan sebesar 0.05, yang artinya kita
menolak hipotesis null.
No comments:
Post a Comment