PEMETAAN KESESUAIAN LAHAN TANAMAN PANGAN PADI DI KABUPATEN BANGKALAN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Oleh
:
Firman
Farid Muhsoni, S.Pi, M.Sc
Dr. Ir.
Eko Murniyanto, MP
Penelitian
ini dibiayai oleh Direktorat
Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat DIKTI dalam program Penelitian Hibah Bersaing
(PHB)
ABSTRAK
Menekan
laju alih fungsi lahan dan mewujudkan ketahanan pangan di suatu wilayah perlu segera dilakukan. UU No 41 Tahun 2009, PP
No 1 Tahun 2011 dan 41/Permentan/OT.140/9/2009 mendesak
dilakukan dengan mewujudkan lahan pertanian berkelanjutan. Tujuan penelitian ini memetakan kesesuaian lahan untuk tanaman
pangan padi. Metode yang dipergunakan
melalui pendekatan pemodelan Sistem Informasi Geografis. Hasil yang telah didapatkan untuk penggunaan lahan
untuk lahan produktif sawah mencapai 34.676,6 Ha (26,58%), Kondisi topografi
sebagian besar datar mencapai 90,3% dari
wilayah Bangkalan, Jenis tanah dominan adalah jenis Mediteran Rodik mencapai 37%. Kesesuaian lahan untuk tanaman
pangan padi lahan sangat sesuai mencapai
22.074 Ha (16,9%), lahan yang sesuai 16.352 Ha (12,5%), lahan kurang sesuai 30.085 Ha (23,1%) dan lahan tidak sesuai 61.952 (47,5%).
Kata kunci: Pemetaan, kesesuaian lahan, SIG
To push the rate of land conversion down and to achieve
food security should be immediately done. Law No. 41 of
2009, government regulations No. 1 of 2011 and
41/Permentan/OT.140/9/2009 demanding to create a sustainable agricultural land. The purpose
of this research is to map the suitability of land for rice crops. The study uses method of the
Geographic Information System modeling approach. The study obtains some results as follows: the use of
land for productive land rice reached 34676.6 ha (26.58%), mainly the
topography condition (flat) reside in Bangkalan (90.3%), the type of soil is
dominated by Mediterranean Rodik (16.9%), 16 352 ha (12.5%) of land is suitable, 30 085 ha (23.1%) of
land is less
suitable and inappropriate land is 61.952 ha (47, 5%).
Keywords: mapping, land suitability, GIS
PENDAHULUAN
Perkembangan pembangunan suatu kawasan menyebabkan
terjadinya perubahan alih fungsi lahan di suatu wilayah. Perubahan alih fungsi lahan ini sering
kali tidak mengindahkan kondisi lingkungan dan rencana tata ruang wilayah. Akibatnya
daya dukung lahan menjadi menurun dan degradasi lahan menjadi meningkat,
muaranya kepada kesengsaraan dan kemiskinan masyarakat. Dengan Undang-Undang (UU) Nomor 41 tahun
2009 tentang Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 Tahun 2011 tentang Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan mengatur alih fungsi lahan hanya dapat dilakukan oleh
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah dalam rangka untuk
kepentingan umum atau bencana. Kenyataannya ketentuan hukum belum dilakukan akibat
keterbatasan kapasitas Pemerintah Daerah.
Dalam perencanaan ini didasarkan atas kriteria:(a)
kesesuaian lahan; (b) ketersediaan infrastruktur; (c) penggunaan lahan; (d).
potensi teknis lahan; dan/luasan kesatuan hamparan lahan. Oleh karena itu
perlu dilakukan identifikasi kondisi fisik lahan untuk menyusun pemodelan
kesesuaian lahan yang akurat. Dari kesesuaian lahan ini baru dapat di buat
pemodelan untuk perencanaan zonasi, pemanfaatan zona, pengendalian pemanfaatan
zonasi Kawasan/Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Tujuan penelitian ini adalah memetakan kesesuaian
lahan untuk tanaman pangan padi di
Kabupaten Bangkalan
TINJAUAN PUSTAKA
Penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis telah
banyak dimanfaatkan untuk evaluasi kesesuaian lahan, antara lain : Nasidin
(2005) memanfaatkan citra satelit Landsat ETM+ dan SIG untuk evaluasi
kesesuaian lahan pertanian tanaman kakao di Kabupaten Konawe Selatan Propinsi
Sulawesi Tenggara. Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa daerah penelitian
cocok untuk dikembangkan pertanian tanaman kakao karena hasil analisis
kesesuaian lahan daerah penelitian didominasi oleh lahan cukup sesuai.
Suhelmi
(1998) memanfatkan citra satelit Landsat TM dan SIG untuk perencanaan
penggunaan lahan pertanian di Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat kecocokan penggunaan lahan pertanaian daerah
bersangkutan. Penilaian kesesuaian lahan perkelompok tanam, yaitu kesesuaian
lahan untuk tanaman padi sawah, kesesuaian lahan untuk tanaman semusim lahan
kering dan kesesuaian lahan untuk tanaman tahunan dengan mengacu pada pedoman
penilaian kesesuaian lahan yang dikemukakan dalam FAO (1976).
Ribawanto
(2006) melakukan penelitian analisis kesesuaian lahan tanaman tembakau di
Kabupaten Temanggung. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menentukan lokasi terbaik penanaman tembakau dengan
menggunakan sistem informasi geografis, yang diharapkan dapat meningkatkan
produk domestik regional bruto dari peningkatan luas lahan yang layak ditanami
tembakau. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perluasan penanaman tembakau
pada lahan perkebunan, dapat dilakukan pada semua kecamatan yang ada. Luas
lahan tembakau setelah perluasan lahan adalah seluas 33.641,14 ha yang berarti
ada kenaikan lahan seluas 15.921,64 ha dari luas sebelumnya 17.719,50 ha.
Sudrajat (2008) melakukan penelitian Evaluasi
Kesesuaian Lahan Pertanian Untuk Tanaman Tembakau Di Kecamatan Bantarujeg
Kabupaten Majalen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode survai deskriptif. Teknik analisis data yang digunakan adalah
persentase dan matching method. Hasil
penelitian menunjukan karakteristik lahan pertanian di Kecamatan Bantarujeg
yaitu suhu rata-rata tahunan 27,10C, jumlah bulan kering 4, curah
hujan rata-rata tahunan 2342,3 mm/tahun, drainase berkisar antara buruk-baik,
bertekstur tanah liat, kedalaman efektif >30->90cm, KTK tersedia
21,05-53,54 me/100 g (tinggi-sangat tinggi), pH 5,5-8,0 (netral-basa), kadar
fosfor tersedia antara 12,0-35,6 ppm (menengah-sangat tinggi), kadar potassium
tersedia 32,912-298,749 mg/100g (menengah-sangat tinggi), kadar nitrogen (N
Total) 0,1-0,3% (rendah-menengah), salinitas berada antara 0,03-0,35 mmhos/cm,
kemiringan lereng berkisar antara 3-30%, bahan kasar dan singkapan batuan
sebagian besar tidak ada. Faktor pembatasnya adalah drainase, kemiringan
lereng, tingkat bahaya erosi, retensi hara, ketersediaan hara.
Zaed, dkk. (2009)
melakukan pemodelan kesesuaian lahan di Madura dan mendapatkan hasil potensi agroekosistem untuk budidaya jagung luas wilayah Madura yang sangat
sesuai 70,279.5 ha (15,4%), sesuai mencapai
211,512.3 ha (46,3%), kurang sesuai 161,098.6 ha (35,3%) dan tidak sesuai
13,732.0 ha ( 3%). Potensi agroekosistem untuk
budidaya padi luas daerah yang sesuai 209,769 ha (46%), kurang sesuai mencapai
204,365 ha (44,8%), sangat sesuai 33,699 ha ( 7,4%) dan tidak sesuai 8,635 ha
(1,9%). Potensi agroekosistem untuk budidaya
kedelai luas daerah yang kurang sesuai 245,421 ha (53,7%), sesuai
mencapai 162,618 ha(35,6%), sangat sesuai 25,091 ha (5,5%) dan tidak sesuai
23,492 ha (5,1%). Potensi agroekosistem untuk budidaya tembakau luas daerah yang
tidak sesuai 218,348 ha (47,8%),
kurang sesuai 177,554ha (38,9%), sesuai 51,971ha (11,4%) dan sangat sesuai
8,749ha(1,9%). Potensi agroekosisten untuk budidaya
kacang luas daerah yang kurang sesuai 230,029ha (50,4%), sesuai mencapai
192,312ha (42,1%), sangat sesuai 19,474ha ( 4,3%) dan tidak sesuai 14,653ha
(3,2%).
Muhsoni
(2012) melakukan Zonasi Kawasan/Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di kabupaten Sampang. Menghasilkan
bahwa lahan pertanian pangan berkelanjutan berada di kesatuan hamparan lahan
yang mendukung produktivitas dan efisiensi produksi (minimal sesuai untuk 3
tanaman pangan berkelanjutan); didukung infrastruktur dasar (masuk dalam daerah
terairi); dan telah dimanfaatkan sebagai lahan pertanian pangan. Analisis
menghasilkan luas
Lahan pertanian pangan berkelanjutan mencapai 33.437,2 Ha,
yang tersebar pada 14 kecamatan. Kecamatan yang paling luas sebagai lahan
tanaman pangan berkelanjutan adalah Kecamatan Camplong (5.478,6 Ha) yang
mencapai 16,4%. Disusul Kecamatan Omben mencapai 5.351,7 Ha (16%).
METODE PENELITIAN
Dalam
penentuan kesesuaian lahan untuk tanaman pangan dilakukan evaluasi lahan
berdasarkan karekteristik lahan. Dalam pedoman evaluasi lahan dari Balai Besar
Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian di Bogor menjelaskan, karakteristik
lahan yang digunakan untuk evaluasi lahan adalah: temperatur
udara, curah hujan, lamanya masa kering, kelembaban udara, drainase, tekstur,
bahan kasar, kedalaman tanah, ketebalan gambut, kematangan gambut, kapasitas
tukar kation liat, kejenuhan basa, pH H20, C-organik, salinitas, alkalinitas,
kedalaman bahan sulfidik, lereng, bahaya erosi, genangan, batuan di permukaan,
dan singkapan batuan.
Asumsi yang ditetapkan untuk evaluasi lahan
adalah sebagai berikut:
· Data tanah
yang digunakan terbatas pada informasi satuan peta tanah.
· Penggunaan
lahan dalam hal ini kependudukan/permukiman dan hutan
dipertimbangkan dalam evaluasi
· Infrastruktur
dan aksesibilitas serta fasilitas pemerintah tidak dipertimbangkan dalam
evaluasi.
· Tingkat
dibedakan atas 4 tingkatan yaitu Sangat sesuai, sesuai, Kurang sesuai dan tidak
sesuai
· Pemilikan
tanah tidak dipertimbangkan.
· Aspek ekonomi
tidak dipertimbangkan.
Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman padi oryza sativa |
(sumber: Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian (http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id/)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penggunaan Lahan
Peta Penggunaan Lahan didapatkan dari
interpretasi beberapa citra, yaitu citra Landsat, Citra ASTER dan Citra ALOS.
Klasifikasi yang dipergunakan adalah Klasifikasi Supervise dengan menggunakan metode Maximum likelihod. Hasil klasifikasi kemudian dilakukan koreksi
dengan menggunakan citra IKONOS. Kelas penggunaan lahan yang dihasilkan terdiri
dari : hutan, kebun campuran, mangrove, pemukiman/gedung, sawah, sungai/danau,
tambak, tanah terbuka dan tegalan. Hasil
klasifikasi penggunaan lahan di
Kabupaten Bangkalan mendapatkan klas lahan yang dominan adalah tegalan
mencapai 51.011,4 Ha (39,09 %), sawah
34.676,6 Ha (26,58%), pemukiman 19.386,6
Ha (14,86%), Kebun campuran 10.620,5 Ha (8,14%), tanah terbuka 5.384,5
Ha (4,13%), Hutan 4.890,4 Ha (3,75%), Tambak (tambak garam dan tambak
ikan/udang) mencapai 3.452,3 (2,65%), mangrove 1.048,1 (0,8%).
Peta penggunaan lahan Bangkalan |
Kondisi Topografi
Peta lereng didapatkan dari analisis data kontur
digital dari Rupa Bumi Indonesia Skala 1:25.000 dengan selang kontur 12,5 m. Data kontur tersebut analisis interpolation untuk
mendapatkan peta Digital
Elevation Model (DEM).
Data DEM ini dianalisis slope dengan satuan persen (%).
Kondisi lereng di Kabupaten Bangkalan hasil analisis mendapatkan
sebagian besar pada kondisi kemiringan lereng datar (0-8%) mencapai
117.858,2 ha (90,3%), lereng berombak (8-15%)
mencapai 9.888,7 ha
(7,6 %), kondisi lereng bergelombang (15-25%)
mencapai 2.365,7 ha
(1,8%),
dan lereng berbukit (25-45%)
mencapai 346,1 ha (0,3%).
peta digital elevation model Kabupaten bangkalan |
Peta lereng kabupaten Bangkalan |
Kondisi Tanah
Jenis tanah wilayah Kabupaten Bangkalan menunjukkan jenis tanah Mediteran Rodik yang mendominasi dengan luas mencapai 48.286,8 Ha (37%); jenis tanah Kompleks Mediteran, Grumosol, Regosol dan Litosol mencapai 32.357,2Ha (24,8%); jenis tanah Podsolik Gleik mencapai 14.954,5 Ha (11,5%); jenis tanah Geisol Hidrik mencapai 12.872,8Ha (9,9%); jenis tanah Grumosol Pelik 7.873,6 Ha (6%); jenis tanah Regosol mencapai 5.494,1 Ha (4,2%); jenis tanah litisol mencapai 5.342,3 Ha (4,1%) dan jenis tanah Kombisol Gleik merupakan jenis tanah paling sempit di kabupaten bangkalan, hanya mencapai 3.260,9 Ha (2,5%). Mediteran Rodik merupakan jenis tanah yang mendominasi di Kabupaten bangkalan, dengan ciri-ciri tanah mediteran memiliki kejenuhan basah > 50. Kejenuhan basa dilapangan berdasarkan karakteristik geologi. Dimana geologi batuan kapur atau batupasir yang berkapur mengandung unsur basa-basa (Ca, Mg, K dan Na), dan bila terjadi pelapukan akan meningkatkan kejenuhan basa tanah.
Peta jenis tanah kabupaten Bangkalan |
Peta kesesuaian lahan kabupaten Bangkalan |
Kesesuaian lahan yang
optimum bagi kebutuhan tanaman padi merupakan batasan bagi kelas kesesuaian
lahan yang paling sesuai (S1). Sedangkan kualitas lahan di bawah optimum
merupakan batasan kelas kesesuaian lahan antara kelas yang cukup sesuai (S2),
dan/atau kurang sesuai (S3). Di luar itu merupakan lahan yang secara fisik
tergolong tidak sesuai (N). Hasil dari pemodelan kesesuaian lahan didapatkan
bahwa luas lahan sangat sesuai untuk tanaman pangan padi sebesar 22.074 Ha (16,9%), lahan yang sesuai untuk
tanaman padi seluas 16.352 Ha (12,5%), lahan kurang sesuai sebesar 30.085 Ha (23,1%) dan lahan tidak sesuai sebesar
61.952 (47,5%). Lebih
lengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.18, sedangkan luasa kesesuaian lahan pada
masing-masing kabupaten dapat dilihat pada table 5.19.
KESIMPULAN
1.
Hasil klasifikasi penggunaan lahan di
Kabupaten Bangkalan mendapatkan luas tegalan 51.011,4 Ha (39,09 %), sawah 34.676,6 Ha (26,58%), pemukiman 19.386,6 Ha (14,86%), Kebun campuran 10.620,5 Ha
(8,14%), tanah terbuka 5.384,5 Ha (4,13%), Hutan 4.890,4 Ha (3,75%), Tambak
(tambak garam dan tambak ikan/udang) mencapai 3.452,3 (2,65%), mangrove 1.048,1
(0,8%).
2.
Kondisi lereng di Kabupaten Bangkalan
mendapatkan pada kondisi lereng datar (0-8%) mencapai 117.858,2 ha (90,3%), lereng berombak (8-15%)
mencapai 9.888,7 ha
(7,6 %), kondisi lereng bergelombang (15-25%)
mencapai 2.365,7 ha
(1,8%),
dan lereng berbukit (25-45%)
mencapai 346,1 ha (0,3%).
3.
Jenis
tanah wilayah Kabupaten Bangkalan yang dominan Mediteran Rodik yang mendominasi dengan luas mencapai 48.286,8 Ha (37%); Kompleks Mediteran, Grumosol,
Regosol dan Litosol mencapai 32.357,2Ha (24,8%); Podsolik Gleik mencapai
14.954,5 Ha (11,5%); Geisol Hidrik mencapai 12.872,8Ha (9,9%); Grumosol Pelik
7.873,6 Ha (6%); Regosol mencapai 5.494,1 Ha (4,2%); litisol mencapai 5.342,3
Ha (4,1%) dan Kombisol Gleik 3.260,9 Ha (2,5%).
4.
Kesesuaian lahan untuk tanaman pangan padi
didapatkan luas lahan sangat sesuai mencapai
22.074 Ha (16,9%), lahan yang sesuai untuk tanaman padi seluas 16.352 Ha (12,5%), lahan kurang
sesuai sebesar 30.085 Ha (23,1%) dan lahan tidak sesuai sebesar 61.952 (47,5%).
DAFTAR PUSTAKA
Muhsoni F.F., Murnianto E., Efendy M., Heri., 2012. Zonasi Kawasan/Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Bapeda Sampang dan Fakultas
Pertanian Universitas Trunojoyo madura
Nasidin,
2005. Pemanfaatan Citra Satelit Landsat Enhanced Thematic Mapper Plus (ETM+)
dan SIG untuk Evaluasi Kesesuaian Lahan Pertanian Tanaman Kakao di Kabupaten
Konawe Selatan Propinsi Sulawesi Tenggara. UniversitasGadjahMada.Yogyakarta
Peraturan Pemerintah
Nomor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan.
Ribawanto, T. 2006. Analisis
Kesesuaian Lahan Tanaman Tembakau Dalam Rangka Meningkatkan Produk Domestik
Regional Bruto (Studi Di Kabupaten Temanggung).Tesis S2. ITB. Bandung
Sudrajat, J. 2008. Evaluasi Kesesuaian Lahan Pertanian Untuk Tanaman
Tembakau Di Kecamatan Bantarujeg Kabupaten Majalen. Fakultas Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial. Bandung
Suhelmi, I.R., 1998.
Pemanfaatan data Citra satelit Landsat TM dan SIG untuk Perencanaan Penggunaan
Lahan Pertanian di Kabupaten Wonosobo DIY. Fakultas Geografi Universitas Gadjah
Mada.
Undang-undang Nomor
41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
Zaed, S., Muhsoni, F.F., Amzeri A., Hasan, F. 2009.
Pengembangan
Pola Tanam dan Diversifikasi Tanaman
Pangan di Madura: Suatu Upaya Peningkatan Produksi dan Pendapatan Petani. Hibah
Kompetitif Penelitian Sesuai Priororitas Nasional. DIKTI
No comments:
Post a Comment