Translate

Ad

Thursday, July 2, 2020

Full Paper: UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK UMBI BENGKOANG PADA BERBAGAI UMUR PANEN (PACHYRRHIZUS EROZUS L.) DENGAN METODE 1,1-DIPHENYL-2-PICRYLHIDRAZIL (DPPH)

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK UMBI BENGKOANG PADA BERBAGAI UMUR PANEN (PACHYRRHIZUS EROZUS L.) DENGAN METODE 1,1-DIPHENYL-2-PICRYLHIDRAZIL (DPPH)

HerlaRusmarilin,  ElisaJulianti dan Mimi Nurminah
 StafPengajar Program Studi Ilmu dan Teknolog Pangan, FakultasPertanian USU

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas anti-oksidan dari ekstrak bengkoang pada berbagai umur panen yaitu 3, 4 dan 5 bulan dengan 3 ulangan, menggunakan metode DPPH (2,2-difenil-2-pikrilhidrazil). Pelarut yang digunakan adalah hexan, methanol dan air, hingga diperoleh fraksi methanol-air dan fraksi methanol-eter. Perbandingan tepung bengkoang dengan pelarut adalah 1:6 (b/v). Setiap perlakuan ditentukan kadar proksimatnya dan rendemen ekstraksinya. Penelitian ini baru mencapai tahap penentuan kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, dan kadar serat. Serta rendemen ekstrak kasarnya.     .
                Hasil Penelitian menunjukkan bahwa umur panen memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (p<0.01) terhadap kadar air, kadar abu, kadar lemak dan kadar serat. Serta memberikan pengaruh tidak berbeda nyata terhadap kadar protein. Bentuk ekstrak kasar berupa cairan kental berwarna kecoklatan terbukti memiliki aktivitas antioksidan yang kuat.

Kata kunci : ekstrak heksan, fraksi metanol-air, fraksi metanol-ether, aktivitas antioksidan.



PENDAHULUAN

Antioksidan adalah salah satu senyawa bioaktif yang dapat menurunkan prevalensi penyakit atau resiko penyakit degeneratif seperti kanker, diabetes melitus, maupun penyakit degeneratif lainnya, yang dapat menyumbangkan satu atau lebih elektron terhadap senyawa radikal bebas, sehingga senyawa radikal bebas tersebut dapat diredam atau dinetralkan (Suhartono, 2002).  
Pada umumnya tanaman  memiliki kandungan antioksidan yang potensial, merupakan komponen bioaktif yang dihasilkan oleh tanaman tersebut bukan merupakan komponen utama yang digunakan untuk kebutuhan hidupnya, akan tetapi berperan sebagai anti oksidatif, anti mikroba dan merupakan produk metabolit sekunder, sehingga para peneliti mulai memusatkan perhatian untuk menemukan sumber-sumber antioksidan alami dari berbagai tanaman.
Antioksidan alami mampu melindungi tubuh terhadap kerusakan yang disebabkan senyawa ROS (spesies oksigen reaktif), mampu menghambat terjadinya penyakit degeneratif serta mampu menghambat peroksida lipid pada makanan. Tubuh manusia tidak memiliki cadangan antioksidan dalam jumlah berlebih, sehingga jika terjadi paparan radikal bebas berlebih baik berasal dari makanan, lingkungan, maupun tubuh, maka tubuh membutuhkan antioksidan eksogen (Sunarni, 2005).
Indonesia sebagai Negara tropik yang mempunyai berbagai jenis tanaman yang berpotensi menghasilkan antioksidan, diantaranya adalah umbi bengkoang yang banyak tumbuh di Indonesia dan relatif murah, namun belum banyak terungkap secara luas manfaat dari bengkoang tersebut. Berdasarkan penelitian Lukitaningsih (2009) bahwa bengkoang mengandung senyawa antioksidan flavonoid dan phenolik seperti Trilinolein; 9,12-tricosandiene; daidzein; daidzein-7-O-ß-glucopyranose;5-hydroxyl-daidzein-7-O-ß-glucopyranose; (8,9)-furanyl-pterocarpan-3-ol;dihydrofurane-2,5-dione; 2-butoxy-2,5-bis(hydroxymethyl)-tetrahydrofurane-3,4-diol;4-(2-(furane-2-yl)ethyl)-2-methyl-2,5 dihydrofurane-3-carbaldehyde), sehinggaselainberfungsisebagaipenangkalradikalbebas yang poten, jugadapatmengabsorpsisinar ultra violet. Flavonoid juga mempunyai kemampuan menghambat proliferasi selluler. Sel kanker yang memiliki bagian atau sisi membran yang berikatan dengan estrogen ternyata dapat dihambat pertumbuhannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengekstraksi komponen bioaktif yang bersifat antioksidan yang banyak terdapat pada umbi bengkoang yang diharapkan dapat mengurangi timbulnya penyakit degeratif yaitu diabetes mellitus.

BAHAN DAN METODOLOGI
Bahan
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi bengkoang umur panen 3, 3 dan 5 bulan, diiris dengan ketebalan 2 mm, dikeringkan dengan oven blower suhu 50oC, dihancurkan, diayak dengan ayakan komersiil. Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian H2SO4 pekat, CuSO4, K2SO4, NaOH 40%, H2SO4 0,02N, NaOH 0,02N, n-Hexane, akuades, dietil eter, H2SO4 0,255N, NaOH 0,313N, etanol. Analisis yang dilakukan meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein dan kadar serat. Selanjutnya dilakukan ekstraksi tepung bengkoang menggunakan pelarut petroleum ether dan metanol, sehingga diperoleh fraksi metanolik-air dan metanolik-ether.
Pengukuran kadar air bubuk bengkoang ditentukan dengan metode oven (Sudarmadji, et al. 1984), kadar lemak dengan menggunakan aparat soxhlet (Sudarmadji, et al. 1984),  kadar protein dengan metoda kjeldhal dan kadar abu (Sudarmadji, et al. 1984). Penentuan kadar serat kasar dengan metode Apriyantono, et al. (1989). Ekstraksi komponen antioksidan ditentukan berdasarkan metode Kuncahyo dan Sunardi (2007). Bahan tepung bengkoang selanjutnya diekstrak menggunakan pelarut petroleum eter, dan ampasnya diekstrak menggunakan pelarut metanol, dipartisi dengan air dan dietil eter dihasilkan fraksi metanol-air dan metanol-eter.
Ekstraksi Komponen Anti Oksidan
Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan dua jenis pelarut yaitu heksan dan metanol selama 48 jam  (perbandingan 1:6 ) dengan maserasi (shaker). Residu dari hasil ekstraksi kemudian diekstrak dengan metanol.
Residu  dicampur dengan metanol (1:6) dan dishaker selama 48 jam, setelah itu ditambahkan 100 ml air dan selanjutnya ditambah 100 ml ether untuk mempermudah pemisahan, dihasilkan fraksi metanolik-air dan metanolik-eter. Kedua fraksi selanjutnya dipekatkan dengan evaporator vakum dan gas N2. Ekstrak yang diperoleh (fraksi metanolik-air dan fraksi metanolik-ether) disimpan dalam lemari es sebelum dianalisis.


HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Analisis Proksimat Tepung Umbi Bengkoang pada berbagai perlakuan
            Analisa proksimat tepung umbi bengkoang dilakukan bertujuan untuk mengetahui komposisi kimia umbi bengkoang pada berbagai umur panen (3, 4 dan 5 bulan) dengan 3 ulangan.  Pengeringan umbi dengan ketebalan 2 mm adalah untuk mengurangi kadar air, sehingga dapat menurunkan efisiensi proses ekstraksi senyawa antioksidan. Kandungan air yang tinggi pada hasil ekstraksi akan membuat proses pemekatan menjadi sulit karena air memiliki titik didih yang lebih tinggi dibandingkan pelarut organik yang digunakan. Pengeringan umbi bengkoangpada berbagai umur panen dilakukan pada suhu 50oC  selama  18 jam.
Hasilanalisistepungbengkoangdisajikan pada Tabel 1. Hasilpenelitianmenunjukkanbahwadiantara 3 perlakuan, tepungbengkoangumurpanen 3 bulanmemilikikadar air yang relatiflebihtinggiyaitusekitar 10,4939 %. Kadar air yang tinggisetelahpengeringandisebabkanolehkandungankarbohidratnya  yang relatiftinggi, terutamametabolit primer seperti gula-gula sederhana dan padatanterlarutyaitu75.1621% (umurpanen 3 bulan), 76.6512% (umurpanen 4 bulan) dan  80,5410% (umurpanen 5 bulan), kadarserat pada umurpanen 3 bulanrelatifrendah. Adanyagugushidroksil pada gula alkoholdapatmengikat air lebihbanyak, satumolekulglukosadapatmengikat 6 molekul air (Kusnandar, 2010).

Tabel 1. Komposisikimiatepungbengkoang  pada berbagaiumurpanen
JenisPerlakuan
Umurpanen
Parameter
Kadarair (%)
Kadar abu (%)
Kadar protein (%)
Kadar lemak (%)
Kadar serat (%)
3 bulan
10,4939aA
2,8678aA
9.1585bB
2,3177aA
12,6882cB
4 bulan
9,4155bB
2,6995bA
9.8279aA
1,4059bA
20,2950bB
5 bulan
8,8372bB
1,5391cB
8.4553cC
0,6274bb
22,9323aA
Keterangan : masing-masing perlakuan diulang 3 kali.

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa jenis perlakuan umur panen  berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein dan kadar serat Perbedaan kadar air akan mempengaruhi komponen yang terkandung di dalamya.Kadar air terendah terdapat pada perlakuan A3 (umur panen 5 bulan) yaitu sebesar 8.8372%. Hal ini disebabkan umbi bengkoang dengan semakin tinggi umur panen, maka kandungan seratnya semakin meningkat, sehingga umbi bengkoang mempunyai kemampuan mengikat air yang relatif lebih besar (air terikat secara fisik), sehingga mudah dihilangkan (Minhajuddin, 2005 dalam Anonimous 2009). Terjadi peningkatan kadar pati sampai mencapai tingkat kejenuhan.
Kadar abu pada umur panen yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (p<0.01). Rudrappa (2009) melaporkan bahwa umbi bengkoang mengandung mineral Na, K, Ca, Pb, Fe,  Zn, Mndan Mg. Magnesium merupakan suatu mineral yang ternyata sebagai co-faktor untuk lebih dari 300 enzim metabolisme, termasuk enzim yang terlibat pada penggunaan gula tubuh dan sekresi insulin. Umbi bengkoang dapat digunakan untuk diet rendah kalori karena menghasilkan 35-39 kkal per 100 gramnya dandapat digunakan untuk memenuhi sebagian kebutuhan mineral dalam diet. Semakin tinggi umur panen, kadar abu semakin menurun, hal ini diduga setiap kegiatan biosintesis dan biogenesis  tumbuhan selalu melibatkan  mineral tertentu terutama pada pembentukan metabolit sekunder (Manitto, 1992).
Kadar protein tepung bengkoang pada berbagai umur panen memberikan hasil yang signifikan (p<0,01) dan kadarnya relatif tinggi, sehingga dapat digunakan sebagai sumber protein nabati, namun peningkatan kadar protein hanya sampai umur 4 bulan, selanjutnya kadar protein cenderung menurun. Setiap pembentukan metabolit sekunder membutuhkan enzim tertentu (Manitto, 1992). Pembentukan flavonoid dan senyawa-senyawa antioksidan berasal dari protein terutama L-phenilalanin, L-triptophan dan L tyrosin melalui jalur asam sikhimat, diduga pada umur panen 4 bulan pembentukan metabolit sekunder mengalami peningkatan (Dewick, 2002).
Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa umbi bengkoang kaya akan serat (Gambar 1) yang berperan dalam menurunkan kolesterol LDL, selain itu juga mengandung asam folat (Rudrappa, 2009) yang berperan dalam menurunkan hemosistein dalam darah. Hemosistein adalah suatu jenis asam amino yang bila kadarnya meningkat dalam darah dapat merusak pembuluh darah, sehingga meningkatkan serangan jantung dan stroke. Asam folat juga dapat untuk mencegah kerusakan otak bayi saat kelahiran, oleh karena itu ibu hamil disarankan mengkonsumsi jagung yang banyak mengandung asam folat (Mulyawan, 2009). Menurut Damayanthi dkk, 2007 (dalam Anonimous1, 2009) konsumsi dedak bekatul 85 g/hari dapat menurunkan total kolesterol sebesar 8.3% dan peningkatan kadar kolesterol HDL (kolesterol baik) sebesar 11.8%.
Bahan pangan yang mengandung serat tidak larut tinggi dapat membantu wanita terhindar dari gallstone (telah dipublikasikan pada American Journal of Gastroenterology) bahwa serat tidak larut tidak hanya memberikan waktu transit yang pendek pada usus (makanan dengan cepat bergerak melalui usus), tetapi juga mengurangi sekresi asam-asam empedu, meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan trigliserida (lemak darah)  (Minhajuddin, 2005 dalam Anonimous1, 2009 ; The Food Meteljan Foundation, 2009), sedangkan serat larut dapat mencegah guladarah meningkat.

Kadar lemak pada umbi bengkoang memberikan pengaruh yang signifikans (p<0,01). Lemak umbi bengkoang mengandung vitamin E sebesar 0,46 mg (Rudrappa, 2009). Berdasarkan penelitian (Minhajuddin, 2005 dalam Anonomous1, 2009)  vitamin E mengandung tokotrienol dan tokoferol, ternyata dapat menurunkan kolesterol sebesar 42% dan LDL (kolesterol jahat) sebesar 62%. Tokotrienol terbukti secara ilmiah dapat menghambat aktivitas HMG-CoA Reduktase, sebuah enzim yang dapat mensintesa kolesterol di dalam tubuh.
 
Pengaruh umur panen bengkoang terhadap kadar serat
                              Gambar 1. Pengaruh  Umur Panen Terhadap Kadar Serat.

2. Rendemen hasil analisis umbi bengkoang pada berbagai umur
 Hasil ekstrak petroleum eter tidak ditentukan, karena rendemen terlalu sedikit, dan telah dibuktikan oleh peneliti lain, sedangkan hasil rendemen ekstrak metanolik dapat dilihat pada Tabel 2.Hasil penelitian Lukitaningsih (2009) menemukan senyawa 9,12-tricosandiene, trilinolin, beta-sitosterol dan stigmasterol, asam palmitat dan hexadesyl pentanoat terdapat pda bengkoang menggunakan pelarut petroleum eter metode khromatografi lapis tipis dan terbukti semua senyawa memiliki aktivits peredaman terhadap radikal bebas walaupun dengan kekuatan yang berbeda.
Tabel 2.Rendemenekstrakmetanolikumbibengkoang

Perlakuan
Beratserbuk (g)
Beratekstrakmetanolik
Rendemen (5%)
Rataan+standardeviasi
Umurpanen 3 bulan
A1.1
25,0189
4,8864
19,5308

A1.2
25,7120
4,9322
19,1825
19,7158+0,6459
A1.3
25,5413
5,2191
20,4340

Umurpanen 4 bulan
A2.1
25,2258
6,8248
27,0548

A2.2
25,2204
6,7748
26,8624
25,9559+1,7394
A2.3
25,0629
6,0027
23,9505

Umurpanen 5 bulan
A3.1
25,0838
6,5453
26,0937

A3.2
25,0803
6,4282
25,6305
25,6089+0,4960
A3.3
25,1437
6,3117
25,1025








Keterangan: A1= umur panen 3 bulan, A2-umur panen 2 bula, A3=umur panen 5 bulan.
                     Masing-masing perlakuan diulang 3x.
Rendemen ekstrak metanolik tertinggi terdapat pada umur panen 4 bulan, demikian juga fraksi metanolik-air dan metanolik-eter (Tabel 3 dan 4), hal ini sesuai dengan hasil penentuan kadar protein yang tertinggi pada umur panen 4 bulan, diduga pada umur panen 4 bulan banyak dibentuk senyawa-senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan.
Tabel 3.Rendemenekstrakmetanolik-air
Perlakuan
Beratekstrak(g)
Beratekstrakmetanolik-air
Rendemen (%)
Rataan+standardeviasi
Umurpanen 3 bulan
A1.1
4
3,5450
88,6325

A1.2
4
3,0886
77,2150
83,0067+5,7106
A1.3
4
3,3269
83,1725

Umurpanen 4 bulan
A2.1
4
3,8631
96,5775

A2.2
4
3,8242
95,6050
92,5433+6,1664
A2.3
4
3,4179
85,4475

Umurpanen 5 bulan
A3.1
4
3,8631
96,5775

A3.2
4
3,8242
95,6050
89,1267+12,0728
A3.3
4
3,0079
75,1975

Keterangan: A1= umur panen 3 bulan, A2-umur panen 2 bula, A3=umur panen 5 bulan.
                     Masing-masing perlakuan diulang 3x.

Tabel 4.Rendemenekstrakmetanolik-eter
Perlakuan
Beratekstrak (g)
Beratekstrakmetanolik-eter
Rendemen (%)
Rataan+standardeviasi
Umurpanen 3 bulan
A1.1
4
0,0270
0,6750

A1.2
4
0,0276
0,6900
0,5625+ 0.2080
A1.3
4
0,0129
0,3225

Umurpanen 4 bulan
A2.1
4
0,0277
06925

A2.2
4
0,0507
1,2675
0,7600+ 0,4773
A2.3
4
0,0128
0,3200

Umurpanen 5 bulan
A3.1
4
0,0140
0,3500

A3.2
4
0,0149
0,3725
0,5833+ 0,3848
A3.3
4
0,0411
1,0275

Keterangan: A1= umur panen 3 bulan, A2-umur panen 2 bulan,  A3=umur panen 5 bulan. Masing-masing perlakuan diulang 3x.

Metode uji aktivitas antioksidan dengan menggunakan radikal bebas DPPH merupakan metode yang banyak digunakan untuk menguji kekuatan antioksidan suatu komoditi karena metode ini sederhana, mudah, cepat dan peka dan hanya membutuhkan sampel yang relatif sedikit (Molyneux, 2004). Aktivitas antioksidan tertinggi fraksi metanolik-eter diperoleh pada umur panen 5 bulan pada setiap tingkatan konsentrasi, semakin tinggi umur panen kekuatan antioksidannya semakin meningkat, sedangkan fraksi metanolik air justru sebaliknya semakin tinggi umur panen kekuatan antioksidanya semakin menurun, sehingga bengkoang memiliki kandungan antioksidan yang sangat sinergis.
            Parameter untuk menginterpretasikan hasil pengujian dengan metode DPPH adalah IC50 yaitu konsentrasi larutan sampel yang dibutuhkan untuk menghambat 50% radikal bebas DPPH. Semakin kecil nilai IC50 menunjukkan nilai aktivitas antioksidannya semakin kuat (Tabel 5). Molyneux (2004) menyatakan bahwa suatu komoditi yang memilki antioksidan yang sangat kuat jika nilai IC50 kurang dari 0,05mg/ml(<50 ppm), jika nilai kekuatannya tergolong kuat nilainya berkisar 0,05-0.10 mg/ml (50-100 ppm ), kekuatan sedang adalah berkisar 0,10-0,15 mg/ml (dan kekuatannya lemah jika memilki nilai 0,15-0,20 mg/ml.

Tabel 5.Nilai IC50 hasilpengujianaktivitasantioksidanpenangkapradikal DPPH

No.
Bahanuji
IC50 (ppm)
1
BHT
2.1168+ 0.0405 a
2
Vitamin C
3.0563+0.0612b
3
fraksimetanolik-air 3 bulan
41.0990+0.5806c
4
fraksimetanolik-air 4 bulan
38.5307+0.1255d
5
fraksimetanolik-air 5 bulan
36.9921+0.7836e
6
fraksimetanolik-eter 3 bulan
44.0173+0.3284f
7
fraksimetanolik-eter 4 bulan
46.6067+0.7202g
8
fraksimetanolik-eter 5 bulan
50.4447+0.3281h


KESIMPULAN DAN SARAN

Analisisproksimat yang ditentukansangateratkaitannyadenganpembentukanmetabolitsekunder yang telahdibuktikanpadapenelitianiniyaitutertinggiterdapatpadaumurpanen 4 bulan, Ekstrakfraksieterdanfraksi air terbuktimemilikiaktivitasantioksidan yang kuat yang dibuktikandengannilai IC 50 yang relatifrendah.Perludigalisecaralebihilmiahpotensitanaman herbal di Indonesia sebagaipanganfungsional.



DAFTAR PUSTAKA

Astawan, M. 2009. Antioksidan Tingkatkan Pamor Bengkuang. http://ceputelecenter.wordpress.com.  Diakses 30 Juli 2009.
Dewick, P.M., Medicinal Natural Products: a biosynthethic approach, 2nd Ed., John Wiley and Sons Ltd, 2002, 247-272
Fery, T. 2007. AntioksidandanRadikalBebas. http:tengku-fey.ucb.ugm.ac.id. Diakses 7 Desember 2007.
Goldberg, I. 1994. Functional Foods: designer foods, pharmafoods, nutraceuticals. Chapman &Hall.NewYork.
Iwan, H. 2008. AntioksidanIsoflavon. BiomaUndip. http://mybioma.wordpress.com.Diakses 5 Juni 2008.
Jumtunen, K.S, Laaksonen D.E., Poutanen, K.S., Niskanen, L.K. and Mykkanen H.M. 2003.High-fiber rye bread and insulin secretion and sensitivity in healthy postmenopausal women.Am J Clin Nutr.77: 385-391.
Kuncahyo, I. danSunardi. 2007. UjiAktivitasAntioksidanEkstrakBelimbingWuluh (Averrhoabilimbi, L.) Terhadap 1,1-Diphenyl-2_Picrylhidrazyl (DPPH), Seminar NasionalTeknologi, Yogyakarta.
Liu, Y.M and Lin K.W, 2009. Antioxidative ability, diooscorin ability, and the quality of yam chips from various yam species as affected by processing method. J.FoodSci.74(2): 118-125.
Lukitaningsih, E. 2009. The Exploration of Whitening and Sun Screening Compounds in Bengkoang Roots(Pachyrhizuserosus).Dissertation.UniversitätWürzburg. Würzburg
Lunn, J. And Buttriss J.L. 2007.Carbohydrates and dietary fibre. Nutrition Bulletin 32:21-64.
Manitto, P. 1992. BiosintesisProdukAlami. PenerjemahKoensoemardiyah. IKIP Semarang Press.
Molyneux, P., The use of the stable free radical diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for estimating antioxidant activity. 2004.Songklanakari J. Sci. Technol., 26: 211-219
Niwa, Y. 1997. Free Radicals Invite Death.Personal Care Co., LTD, Tokyo.
Rudrappa, U.2009. Jicama (Yam bean) nutrition Factc. http://nutrition-and-you.com[24 September 2013]
Rusmarilin, H. 2003. Aktivitas  Anti-kanker  Ekstrak Lengkuas Lokal (Alpinia galanga  (L)  Sw)  Pada Alur Sel  Kanker  Manusia serta Mencit  yang  Ditransplantasi  Dengan  Sel  Tumor  Primer. Disertasi. IPB, Bogor.
Ruzaidi, A., Maleyki A., Amin I., Nawalyah A.G., Muhajir H., Pauliena MBSMJ and Muskinah M.S. 2008. Hypoglycaemic properties of Malaysian cocoa (Theobroma Cacao) polyphenols-rich extract. International Food Research Journal15(3): 41-44.
Sahidi, F. 1997. Natural Antioxidants.Chemistry, Health Effects, and Applications. AOAC Press, Champaign, Illinois
Sofia, D.. 2006. AntioksidandanRadikalbebas, situs Web Kimia Indonesia. http:www.chemis:try.org. Diaksestanggal 28 November 2006.
Sun, Y., Hliang, H., Cai, G., Guan, S., Tong, H., Yang, X., Liu, J. 2009. Sulfated modification of the water-soluble polysaccharides from Polyporusalbicans mycelia and its potential biological activities.Int. Journal of Biol. Macromol. 44:14-17.
Tahir, L., Wijaya, K., Widianingsih, D., (2003). Seminar on Chemometrics-Chemistry DeptGadjahMada University.TerapanAnalisisHanschUntukAktivitasAntioksidansenyawaTurunanFalvon/Flavonol.Yogyakarta.ion and prevention of diabetes. J. Nutr.121:795-799.
The George Meteljan Foundation. 2009. Millet. Whfoods.org.Food advisor.UK.
Yuliasih, I., Irawadi, T. T., Saila, I. Pranamuda, H., Setyowati, K. danSunarti, T.C. 2011. Pengaruh Proses FraksinasiPatiSaguTerhadapKarakteristikFraksiAmilosa. J. TekInd Pert. Vol 17(1):29-36.

No comments:

Post a Comment