UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK UMBI BENGKOANG PADA BERBAGAI UMUR
PANEN (PACHYRRHIZUS EROZUS L.) DENGAN
METODE 1,1-DIPHENYL-2-PICRYLHIDRAZIL (DPPH)
HerlaRusmarilin, ElisaJulianti dan
Mimi Nurminah
StafPengajar Program Studi Ilmu dan Teknolog Pangan, FakultasPertanian USU
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas
anti-oksidan dari ekstrak bengkoang pada berbagai umur panen yaitu 3, 4 dan 5 bulan dengan 3 ulangan, menggunakan metode DPPH (2,2-difenil-2-pikrilhidrazil).
Pelarut yang digunakan adalah hexan, methanol dan air, hingga diperoleh fraksi
methanol-air dan fraksi
methanol-eter. Perbandingan tepung bengkoang dengan pelarut adalah 1:6 (b/v). Setiap perlakuan ditentukan kadar proksimatnya dan rendemen ekstraksinya. Penelitian ini baru mencapai tahap penentuan kadar
air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, dan kadar serat. Serta rendemen ekstrak kasarnya.
.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa umur panen memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (p<0.01) terhadap kadar air, kadar abu, kadar lemak dan kadar serat. Serta memberikan pengaruh tidak berbeda nyata terhadap kadar
protein. Bentuk ekstrak kasar berupa cairan kental berwarna kecoklatan terbukti memiliki aktivitas antioksidan
yang kuat.
PENDAHULUAN
Antioksidan
adalah salah satu senyawa bioaktif yang dapat menurunkan prevalensi penyakit
atau resiko penyakit degeneratif seperti kanker, diabetes melitus, maupun
penyakit degeneratif lainnya, yang dapat menyumbangkan satu atau lebih elektron
terhadap senyawa radikal bebas, sehingga senyawa radikal bebas tersebut dapat
diredam atau dinetralkan (Suhartono, 2002).
Pada umumnya
tanaman memiliki kandungan antioksidan
yang potensial, merupakan komponen bioaktif yang dihasilkan oleh tanaman
tersebut bukan merupakan komponen utama yang digunakan untuk kebutuhan
hidupnya, akan tetapi berperan sebagai anti oksidatif, anti mikroba dan
merupakan produk metabolit sekunder, sehingga para peneliti mulai memusatkan
perhatian untuk menemukan sumber-sumber antioksidan alami dari berbagai
tanaman.
Antioksidan alami
mampu melindungi tubuh terhadap kerusakan yang disebabkan senyawa ROS (spesies
oksigen reaktif), mampu menghambat terjadinya penyakit degeneratif serta mampu
menghambat peroksida lipid pada makanan. Tubuh manusia tidak memiliki cadangan
antioksidan dalam jumlah berlebih, sehingga jika terjadi paparan radikal bebas
berlebih baik berasal dari makanan, lingkungan, maupun tubuh, maka tubuh
membutuhkan antioksidan eksogen (Sunarni, 2005).
Indonesia sebagai
Negara tropik yang mempunyai berbagai jenis tanaman yang berpotensi
menghasilkan antioksidan, diantaranya adalah umbi bengkoang yang banyak tumbuh
di Indonesia dan relatif murah, namun belum banyak terungkap secara luas
manfaat dari bengkoang tersebut. Berdasarkan penelitian Lukitaningsih (2009)
bahwa bengkoang mengandung senyawa antioksidan flavonoid dan phenolik seperti Trilinolein;
9,12-tricosandiene; daidzein;
daidzein-7-O-ß-glucopyranose;5-hydroxyl-daidzein-7-O-ß-glucopyranose;
(8,9)-furanyl-pterocarpan-3-ol;dihydrofurane-2,5-dione;
2-butoxy-2,5-bis(hydroxymethyl)-tetrahydrofurane-3,4-diol;4-(2-(furane-2-yl)ethyl)-2-methyl-2,5
dihydrofurane-3-carbaldehyde),
sehinggaselainberfungsisebagaipenangkalradikalbebas yang poten,
jugadapatmengabsorpsisinar ultra violet. Flavonoid juga mempunyai
kemampuan menghambat proliferasi selluler. Sel kanker yang memiliki bagian atau
sisi membran yang berikatan dengan estrogen ternyata dapat dihambat
pertumbuhannya.
Penelitian ini
bertujuan untuk mengekstraksi komponen bioaktif yang bersifat antioksidan yang
banyak terdapat pada umbi bengkoang yang diharapkan dapat mengurangi timbulnya
penyakit degeratif yaitu diabetes mellitus.
BAHAN DAN METODOLOGI
Bahan
Bahan baku yang
digunakan dalam penelitian ini adalah umbi bengkoang umur panen 3, 3 dan 5
bulan, diiris
dengan ketebalan 2 mm, dikeringkan dengan oven blower suhu 50oC,
dihancurkan, diayak dengan ayakan komersiil. Bahan kimia yang digunakan
dalam penelitian H2SO4 pekat, CuSO4, K2SO4,
NaOH 40%, H2SO4 0,02N, NaOH 0,02N, n-Hexane, akuades, dietil
eter, H2SO4 0,255N, NaOH 0,313N, etanol. Analisis yang dilakukan
meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein dan kadar serat.
Selanjutnya dilakukan ekstraksi tepung bengkoang menggunakan pelarut petroleum
ether dan metanol, sehingga diperoleh fraksi metanolik-air dan metanolik-ether.
Pengukuran kadar air bubuk
bengkoang ditentukan dengan metode oven (Sudarmadji, et al. 1984), kadar lemak dengan menggunakan aparat soxhlet
(Sudarmadji, et al. 1984), kadar protein dengan metoda kjeldhal dan
kadar abu (Sudarmadji, et al. 1984).
Penentuan kadar serat kasar dengan metode Apriyantono, et al. (1989). Ekstraksi komponen antioksidan ditentukan
berdasarkan metode Kuncahyo dan Sunardi (2007). Bahan tepung bengkoang
selanjutnya diekstrak menggunakan pelarut petroleum eter, dan ampasnya
diekstrak menggunakan pelarut metanol, dipartisi dengan air dan dietil eter
dihasilkan fraksi metanol-air dan metanol-eter.
Ekstraksi
Komponen Anti Oksidan
Ekstraksi dilakukan dengan
menggunakan dua jenis pelarut yaitu heksan dan metanol selama 48 jam (perbandingan 1:6 ) dengan maserasi (shaker).
Residu dari hasil ekstraksi kemudian diekstrak dengan metanol.
Residu dicampur dengan metanol (1:6) dan dishaker
selama 48 jam, setelah itu ditambahkan 100 ml air dan selanjutnya ditambah 100
ml ether untuk mempermudah pemisahan, dihasilkan fraksi metanolik-air dan
metanolik-eter. Kedua fraksi selanjutnya dipekatkan dengan evaporator vakum dan
gas N2. Ekstrak yang diperoleh (fraksi metanolik-air dan fraksi metanolik-ether)
disimpan dalam lemari es sebelum dianalisis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Analisis Proksimat Tepung Umbi Bengkoang pada
berbagai perlakuan
Analisa
proksimat tepung umbi bengkoang dilakukan bertujuan untuk mengetahui komposisi
kimia umbi bengkoang pada berbagai umur panen (3, 4 dan 5 bulan) dengan 3
ulangan. Pengeringan umbi dengan
ketebalan 2 mm adalah untuk mengurangi kadar air, sehingga dapat menurunkan
efisiensi proses ekstraksi senyawa antioksidan. Kandungan air yang tinggi pada
hasil ekstraksi akan membuat proses pemekatan menjadi sulit karena air memiliki
titik didih yang lebih tinggi dibandingkan pelarut organik yang digunakan.
Pengeringan umbi bengkoangpada berbagai umur panen dilakukan pada suhu 50oC selama 18 jam.
Hasilanalisistepungbengkoangdisajikan pada Tabel 1.
Hasilpenelitianmenunjukkanbahwadiantara 3 perlakuan, tepungbengkoangumurpanen 3
bulanmemilikikadar air yang relatiflebihtinggiyaitusekitar 10,4939 %. Kadar air
yang tinggisetelahpengeringandisebabkanolehkandungankarbohidratnya yang relatiftinggi, terutamametabolit primer
seperti gula-gula sederhana dan padatanterlarutyaitu75.1621% (umurpanen 3 bulan), 76.6512% (umurpanen
4 bulan) dan 80,5410% (umurpanen 5
bulan), kadarserat pada umurpanen 3 bulanrelatifrendah. Adanyagugushidroksil
pada gula alkoholdapatmengikat air lebihbanyak, satumolekulglukosadapatmengikat
6 molekul air (Kusnandar, 2010).
Tabel 1. Komposisikimiatepungbengkoang pada berbagaiumurpanen
JenisPerlakuan
Umurpanen
|
Parameter
|
||||
Kadarair (%)
|
Kadar abu (%)
|
Kadar protein (%)
|
Kadar lemak (%)
|
Kadar serat (%)
|
|
3 bulan
|
10,4939aA
|
2,8678aA
|
9.1585bB
|
2,3177aA
|
12,6882cB
|
4 bulan
|
9,4155bB
|
2,6995bA
|
9.8279aA
|
1,4059bA
|
20,2950bB
|
5 bulan
|
8,8372bB
|
1,5391cB
|
8.4553cC
|
0,6274bb
|
22,9323aA
|
Keterangan : masing-masing perlakuan diulang 3 kali.
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa jenis
perlakuan umur panen berpengaruh sangat
nyata (p<0,01) terhadap kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein dan
kadar serat Perbedaan kadar air akan mempengaruhi komponen yang terkandung di
dalamya.Kadar air terendah terdapat pada perlakuan A3 (umur panen 5 bulan)
yaitu sebesar 8.8372%. Hal ini disebabkan umbi bengkoang dengan semakin tinggi
umur panen, maka kandungan seratnya semakin meningkat, sehingga umbi bengkoang
mempunyai kemampuan mengikat air yang relatif lebih besar (air terikat secara
fisik), sehingga mudah dihilangkan (Minhajuddin, 2005 dalam Anonimous 2009).
Terjadi peningkatan kadar pati sampai mencapai tingkat kejenuhan.
Kadar abu pada umur panen yang berbeda memberikan
pengaruh yang berbeda sangat nyata (p<0.01). Rudrappa (2009) melaporkan
bahwa umbi bengkoang mengandung mineral Na, K, Ca, Pb, Fe, Zn, Mndan Mg. Magnesium merupakan suatu
mineral yang ternyata sebagai co-faktor untuk lebih dari 300 enzim metabolisme,
termasuk enzim yang terlibat pada penggunaan gula tubuh dan sekresi insulin.
Umbi bengkoang dapat digunakan untuk diet rendah kalori karena menghasilkan
35-39 kkal per 100 gramnya dandapat digunakan untuk memenuhi sebagian kebutuhan
mineral dalam diet. Semakin tinggi umur panen, kadar abu semakin menurun, hal
ini diduga setiap kegiatan biosintesis dan biogenesis tumbuhan selalu melibatkan mineral tertentu terutama pada pembentukan
metabolit sekunder (Manitto, 1992).
Kadar protein tepung bengkoang pada berbagai umur
panen memberikan hasil yang signifikan (p<0,01) dan kadarnya relatif tinggi,
sehingga dapat digunakan sebagai sumber protein nabati, namun peningkatan kadar
protein hanya sampai umur 4 bulan, selanjutnya kadar protein cenderung menurun.
Setiap pembentukan metabolit sekunder membutuhkan enzim tertentu (Manitto,
1992). Pembentukan flavonoid dan senyawa-senyawa antioksidan berasal dari
protein terutama L-phenilalanin, L-triptophan dan L tyrosin melalui jalur asam
sikhimat, diduga pada umur panen 4 bulan pembentukan metabolit sekunder
mengalami peningkatan (Dewick, 2002).
Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa umbi
bengkoang kaya akan serat (Gambar 1) yang berperan dalam menurunkan kolesterol
LDL, selain itu juga mengandung asam folat (Rudrappa, 2009) yang berperan dalam
menurunkan hemosistein dalam darah. Hemosistein adalah suatu jenis asam amino
yang bila kadarnya meningkat dalam darah dapat merusak pembuluh darah, sehingga
meningkatkan serangan jantung dan stroke. Asam folat juga dapat untuk mencegah
kerusakan otak bayi saat kelahiran, oleh karena itu ibu hamil disarankan
mengkonsumsi jagung yang banyak mengandung asam folat (Mulyawan, 2009). Menurut
Damayanthi dkk, 2007 (dalam Anonimous1, 2009) konsumsi dedak bekatul
85 g/hari dapat menurunkan total kolesterol sebesar 8.3% dan peningkatan kadar
kolesterol HDL (kolesterol baik) sebesar 11.8%.
Bahan pangan yang mengandung serat tidak larut
tinggi dapat membantu wanita terhindar dari gallstone
(telah dipublikasikan pada American Journal of Gastroenterology) bahwa serat tidak
larut tidak hanya memberikan waktu transit yang pendek pada usus (makanan
dengan cepat bergerak melalui usus), tetapi juga mengurangi sekresi asam-asam
empedu, meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan trigliserida (lemak
darah) (Minhajuddin, 2005 dalam
Anonimous1, 2009 ; The Food Meteljan Foundation, 2009), sedangkan
serat larut dapat mencegah guladarah meningkat.
Kadar lemak pada umbi bengkoang memberikan
pengaruh yang signifikans (p<0,01). Lemak umbi bengkoang mengandung vitamin
E sebesar 0,46 mg (Rudrappa, 2009). Berdasarkan penelitian (Minhajuddin, 2005
dalam Anonomous1, 2009)
vitamin E mengandung tokotrienol dan tokoferol, ternyata dapat
menurunkan kolesterol sebesar 42% dan LDL (kolesterol jahat) sebesar 62%.
Tokotrienol terbukti secara ilmiah dapat menghambat aktivitas HMG-CoA
Reduktase, sebuah enzim yang dapat mensintesa kolesterol di dalam tubuh.
Gambar 1. Pengaruh Umur Panen Terhadap Kadar Serat.
2. Rendemen hasil analisis umbi bengkoang pada berbagai umur
Hasil ekstrak petroleum eter tidak
ditentukan, karena rendemen terlalu sedikit, dan telah dibuktikan oleh peneliti
lain, sedangkan hasil rendemen ekstrak metanolik dapat dilihat pada Tabel
2.Hasil penelitian Lukitaningsih (2009) menemukan senyawa 9,12-tricosandiene,
trilinolin, beta-sitosterol dan stigmasterol, asam palmitat dan hexadesyl
pentanoat terdapat pda bengkoang menggunakan pelarut petroleum eter metode
khromatografi lapis tipis dan terbukti semua senyawa memiliki aktivits
peredaman terhadap radikal bebas walaupun dengan kekuatan yang berbeda.
Tabel
2.Rendemenekstrakmetanolikumbibengkoang
Perlakuan
|
Beratserbuk (g)
|
Beratekstrakmetanolik
|
Rendemen (5%)
|
Rataan+standardeviasi
|
||
Umurpanen 3 bulan
|
||||||
A1.1
|
25,0189
|
4,8864
|
19,5308
|
|||
A1.2
|
25,7120
|
4,9322
|
19,1825
|
19,7158+0,6459
|
||
A1.3
|
25,5413
|
5,2191
|
20,4340
|
|||
Umurpanen 4 bulan
|
||||||
A2.1
|
25,2258
|
6,8248
|
27,0548
|
|||
A2.2
|
25,2204
|
6,7748
|
26,8624
|
25,9559+1,7394
|
||
A2.3
|
25,0629
|
6,0027
|
23,9505
|
|||
Umurpanen 5 bulan
|
||||||
A3.1
|
25,0838
|
6,5453
|
26,0937
|
|||
A3.2
|
25,0803
|
6,4282
|
25,6305
|
25,6089+0,4960
|
||
A3.3
|
25,1437
|
6,3117
|
25,1025
|
|||
Keterangan: A1= umur panen 3 bulan, A2-umur panen 2 bula, A3=umur panen 5
bulan.
Masing-masing perlakuan
diulang 3x.
Rendemen ekstrak metanolik tertinggi terdapat pada
umur panen 4 bulan, demikian juga fraksi metanolik-air dan metanolik-eter
(Tabel 3 dan 4), hal ini sesuai dengan hasil penentuan kadar protein yang
tertinggi pada umur panen 4 bulan, diduga pada umur panen 4 bulan banyak
dibentuk senyawa-senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan.
Tabel 3.Rendemenekstrakmetanolik-air
Perlakuan
|
Beratekstrak(g)
|
Beratekstrakmetanolik-air
|
Rendemen (%)
|
Rataan+standardeviasi
|
Umurpanen 3 bulan
|
||||
A1.1
|
4
|
3,5450
|
88,6325
|
|
A1.2
|
4
|
3,0886
|
77,2150
|
83,0067+5,7106
|
A1.3
|
4
|
3,3269
|
83,1725
|
|
Umurpanen 4 bulan
|
||||
A2.1
|
4
|
3,8631
|
96,5775
|
|
A2.2
|
4
|
3,8242
|
95,6050
|
92,5433+6,1664
|
A2.3
|
4
|
3,4179
|
85,4475
|
|
Umurpanen 5 bulan
|
||||
A3.1
|
4
|
3,8631
|
96,5775
|
|
A3.2
|
4
|
3,8242
|
95,6050
|
89,1267+12,0728
|
A3.3
|
4
|
3,0079
|
75,1975
|
Keterangan: A1= umur panen 3 bulan, A2-umur panen 2 bula, A3=umur panen 5
bulan.
Masing-masing perlakuan diulang 3x.
Tabel 4.Rendemenekstrakmetanolik-eter
Perlakuan
|
Beratekstrak (g)
|
Beratekstrakmetanolik-eter
|
Rendemen (%)
|
Rataan+standardeviasi
|
Umurpanen 3 bulan
|
||||
A1.1
|
4
|
0,0270
|
0,6750
|
|
A1.2
|
4
|
0,0276
|
0,6900
|
0,5625+ 0.2080
|
A1.3
|
4
|
0,0129
|
0,3225
|
|
Umurpanen 4 bulan
|
||||
A2.1
|
4
|
0,0277
|
06925
|
|
A2.2
|
4
|
0,0507
|
1,2675
|
0,7600+ 0,4773
|
A2.3
|
4
|
0,0128
|
0,3200
|
|
Umurpanen 5 bulan
|
||||
4
|
0,0140
|
0,3500
|
||
A3.2
|
4
|
0,0149
|
0,3725
|
0,5833+ 0,3848
|
A3.3
|
4
|
0,0411
|
1,0275
|
Keterangan: A1= umur panen
3 bulan, A2-umur panen 2 bulan, A3=umur
panen 5 bulan. Masing-masing perlakuan diulang 3x.
Metode uji aktivitas antioksidan dengan
menggunakan radikal bebas DPPH merupakan metode yang banyak digunakan untuk
menguji kekuatan antioksidan suatu komoditi karena metode ini sederhana, mudah,
cepat dan peka dan hanya membutuhkan sampel yang relatif sedikit (Molyneux,
2004). Aktivitas antioksidan tertinggi fraksi metanolik-eter diperoleh pada
umur panen 5 bulan pada setiap tingkatan konsentrasi, semakin tinggi umur panen
kekuatan antioksidannya semakin meningkat, sedangkan fraksi metanolik air
justru sebaliknya semakin tinggi umur panen kekuatan antioksidanya semakin
menurun, sehingga bengkoang memiliki kandungan antioksidan yang sangat
sinergis.
Parameter untuk menginterpretasikan
hasil pengujian dengan metode DPPH adalah IC50 yaitu konsentrasi larutan sampel
yang dibutuhkan untuk menghambat 50% radikal bebas DPPH. Semakin kecil nilai
IC50 menunjukkan nilai aktivitas antioksidannya semakin kuat (Tabel 5).
Molyneux (2004) menyatakan bahwa suatu komoditi yang memilki antioksidan yang
sangat kuat jika nilai IC50 kurang dari 0,05mg/ml(<50 ppm), jika nilai
kekuatannya tergolong kuat nilainya berkisar 0,05-0.10 mg/ml (50-100 ppm ),
kekuatan sedang adalah berkisar 0,10-0,15 mg/ml (dan kekuatannya lemah jika
memilki nilai 0,15-0,20 mg/ml.
Tabel 5.Nilai IC50
hasilpengujianaktivitasantioksidanpenangkapradikal DPPH
No.
|
Bahanuji
|
IC50
(ppm)
|
1
|
BHT
|
2.1168+
0.0405 a
|
2
|
Vitamin C
|
3.0563+0.0612b
|
3
|
fraksimetanolik-air 3 bulan
|
41.0990+0.5806c
|
4
|
fraksimetanolik-air 4 bulan
|
38.5307+0.1255d
|
5
|
fraksimetanolik-air 5 bulan
|
36.9921+0.7836e
|
6
|
fraksimetanolik-eter 3 bulan
|
44.0173+0.3284f
|
7
|
fraksimetanolik-eter 4 bulan
|
46.6067+0.7202g
|
8
|
fraksimetanolik-eter 5 bulan
|
50.4447+0.3281h
|
KESIMPULAN DAN SARAN
Analisisproksimat yang
ditentukansangateratkaitannyadenganpembentukanmetabolitsekunder yang
telahdibuktikanpadapenelitianiniyaitutertinggiterdapatpadaumurpanen 4 bulan, Ekstrakfraksieterdanfraksi air terbuktimemilikiaktivitasantioksidan
yang kuat yang dibuktikandengannilai IC 50 yang relatifrendah.Perludigalisecaralebihilmiahpotensitanaman
herbal di Indonesia sebagaipanganfungsional.
DAFTAR PUSTAKA
Astawan, M. 2009.
Antioksidan Tingkatkan Pamor Bengkuang. http://ceputelecenter.wordpress.com. Diakses 30 Juli 2009.
Dewick,
P.M., Medicinal Natural Products: a biosynthethic approach, 2nd Ed., John Wiley
and Sons Ltd, 2002, 247-272
Fery, T. 2007. AntioksidandanRadikalBebas.
http:tengku-fey.ucb.ugm.ac.id. Diakses 7 Desember 2007.
Goldberg, I. 1994. Functional Foods: designer foods,
pharmafoods, nutraceuticals. Chapman &Hall.NewYork.
Iwan, H. 2008. AntioksidanIsoflavon. BiomaUndip. http://mybioma.wordpress.com.Diakses 5
Juni 2008.
Jumtunen, K.S, Laaksonen D.E., Poutanen, K.S.,
Niskanen, L.K. and Mykkanen H.M. 2003.High-fiber rye bread and insulin
secretion and sensitivity in healthy postmenopausal women.Am J Clin Nutr.77:
385-391.
Kuncahyo, I. danSunardi. 2007.
UjiAktivitasAntioksidanEkstrakBelimbingWuluh (Averrhoabilimbi, L.) Terhadap 1,1-Diphenyl-2_Picrylhidrazyl (DPPH),
Seminar NasionalTeknologi, Yogyakarta.
Liu, Y.M and Lin K.W, 2009.
Antioxidative ability, diooscorin ability, and the quality of yam chips from
various yam species as affected by processing method. J.FoodSci.74(2): 118-125.
Lukitaningsih, E. 2009. The
Exploration of Whitening and Sun Screening Compounds in Bengkoang Roots(Pachyrhizuserosus).Dissertation.UniversitätWürzburg. Würzburg
Lunn, J. And Buttriss J.L. 2007.Carbohydrates and
dietary fibre. Nutrition Bulletin 32:21-64.
Manitto, P. 1992. BiosintesisProdukAlami.
PenerjemahKoensoemardiyah. IKIP Semarang Press.
Molyneux, P., The use of the
stable free radical diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for estimating antioxidant
activity. 2004.Songklanakari J. Sci. Technol., 26: 211-219
Niwa, Y. 1997.
Free Radicals Invite Death.Personal Care Co., LTD, Tokyo.
Rudrappa, U.2009. Jicama
(Yam bean) nutrition Factc. http://nutrition-and-you.com[24
September 2013]
Rusmarilin, H. 2003.
Aktivitas Anti-kanker Ekstrak Lengkuas Lokal (Alpinia galanga (L) Sw)
Pada Alur Sel Kanker Manusia serta Mencit yang
Ditransplantasi Dengan Sel
Tumor Primer. Disertasi. IPB, Bogor.
Ruzaidi, A., Maleyki A.,
Amin I., Nawalyah A.G., Muhajir H., Pauliena MBSMJ and Muskinah M.S. 2008. Hypoglycaemic properties of Malaysian cocoa (Theobroma Cacao)
polyphenols-rich extract. International Food Research Journal15(3): 41-44.
Sahidi, F. 1997. Natural Antioxidants.Chemistry,
Health Effects, and Applications. AOAC Press, Champaign, Illinois
Sofia, D.. 2006. AntioksidandanRadikalbebas, situs
Web Kimia Indonesia.
http:www.chemis:try.org. Diaksestanggal 28 November 2006.
Sun, Y., Hliang, H., Cai, G., Guan, S., Tong, H.,
Yang, X., Liu, J. 2009. Sulfated modification of the water-soluble
polysaccharides from Polyporusalbicans mycelia and its potential biological
activities.Int. Journal of Biol. Macromol. 44:14-17.
Tahir, L., Wijaya, K., Widianingsih, D., (2003).
Seminar on Chemometrics-Chemistry DeptGadjahMada
University.TerapanAnalisisHanschUntukAktivitasAntioksidansenyawaTurunanFalvon/Flavonol.Yogyakarta.ion
and prevention of diabetes. J. Nutr.121:795-799.
The George Meteljan Foundation. 2009. Millet.
Whfoods.org.Food advisor.UK.
Yuliasih, I.,
Irawadi, T. T., Saila, I. Pranamuda, H., Setyowati, K. danSunarti, T.C. 2011.
Pengaruh Proses FraksinasiPatiSaguTerhadapKarakteristikFraksiAmilosa. J. TekInd
Pert. Vol 17(1):29-36.
No comments:
Post a Comment