Studi
Identifikasi Kandungan Formalin dan Boraks pada Pangan Jajanan
di
sekitar Sekolah Kabupaten Bangkalan
Laila Khamsatul Muharrami dan Yunin Hidayati
Program
Studi Pendidikan IPA, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya UTM
JL. Raya
Telang PO.BOX 02 Kamal
e-mail : khamsa_02@yahoo.co.id
Abstrak
Pangan
jajanan merupakan makanan dan minuman yang dijual oleh pedagang kaki lima di
jalanan dan tempat-tempat umum lain yang
langsung dimakan atau dikonsumsi kemudian tanpa pengolahan atau persiapan lebih
lanjut. Oleh karena itu, keamanan pangan menjadi hal yang perlu diperhatikan.
Salah satu penentu keamanan pangan adalah
adanya zat-zat kimia berbahaya yang tidak boleh digunakan sebagai bahan
tambahan pangan seperti formalin dan boraks. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi adanya formalin dan boraks dalam pangan jajanan yang dijual di
sekitar kabupaten Bangkalan. Pengambilan sampel dilakukan secara acak.
Identifikasi dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Identifikasi
kualitatif boraks dengan menggunakan kertas kurkumin. Tes positif, jika terjadi perubahan warna dari kuning menjadi
merah kecoklatan. Identifikasi kualitatif formalin menggunakan larutan PK. Tes
positif, jika terjadi perubahan warna larutan PK dari pink menjadi memudar.
Identifikasi dilanjutkan dengan identifikasi kuantitatif yang menunjukkan bahwa 90% mengandung boraks
sedangkan 100% mengandung formalin. Hasil identifikasi kuantitatif pangan
jajanan menunjukkan bahwa presentase terbesar kandungan boraks ada pada tahu
balut telur daerah Socah yaitu 213ppm dan
presentase terbesar kandungan formalin ada pada kerupuk daerah Arosbaya
yaitu 45ppm.
Kata
kunci : pangan jajanan, bahan tambahan pangan, formalin, boraks
PENDAHULUAN
Anak-anak
dan jajanan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Anak-anak pada umumnya
akan membeli aneka jajan terutama saat mereka sedang istirahat di sekolah. Hal
tersebut terutama terjadi karena jarangya orang tua memberi bekal jajan atau
makanan dari rumah dan lebih memilih memberikan uang saku pada anak dengan
menyerahkan sepenuhnya pada anak untuk memilih dan membeli makanan yang mereka
sukai. Mereka tidak mempedulikan bahaya makanan jajanan bagi kesehatan karena
tidak jarang ditemukan adanya bahan pengawet makanan seperti formalin dan
boraks yang dapat mengancam jiwa mereka.
Formalin dan
boraks adalah dua bahan kimia yang akhir-akhir ini sering dimanfaatkan oleh
penjual jajanan untuk membuat jajanan yang mereka jual bisa tahan lama dan
lebih menarik. Dari hasil
analisis sampel jajanan Badan Pengawas Obat dan Makanan antaraFebruari 2001
hingga Mei 2003, didapatkan bahwa dari 315 sampel, 155 (49%) mengandung
rhodamin B, dari 1222 sampel, 129 (11%) mengandung boraks dan dari 242 sampel,
80 (33%) mengandung formalin. Pangan yang mengandung rhodamin B diantaranya
kerupuk, makanan ringan, kembang gula, sirup, biskuit, minuman ringan, cendol,
dan manisan. Pangan yang mengandung formalin adalah mie ayam,bakso, dan tahu.
Sedangkan pangan yang menggunakan boraks adalah bakso, siomay,lontong, dan
lemper (Ira Rahmanita, 2011).
Penelitian lain juga menyebutkan tentang adanya
penyalahgunaan formalin dan boraks dalam bakso oleh pedagang masih ditemukan di
kota Medan. Data Surveilan Keamanan Pangan Badan POM RI tahun 2010 penyalahgunaan
formalin sebesar 4,89%, dan boraks sebesar 8,80% (Lambok Oktavia, 2012). Adanya
bahan kimia berbahaya pada makanan juga diteliti oleh Dewi Monita Sari (2003)
yaitu tentang studi keamanan mikrobiologi dan
cemaran logam berat (Pb dan Cu) pada makanan jajanan di bursa kue subuh pasar
Senen Jakarta Pusat yang menunjukkan bahwa ada tiga sampel makanan yang
mempunyai jumlah total mikroba melebihi ambang batas dari Standar New Hanshire
Guideline, kadar Pb dari lima sampel juga ditemukan melebihi ambang batas yang
ditentukan oleh Depkes RI dan hasil analisa kadar Cu juga menunjukkan bahwa
pada tiga sampel (pie, onde-onde dan kueku) juga melebihi ambang batas yang
ditentukan oleh Dirjen POM RI. Selain itu, Penelitian penggunaan formalin pada
tahu takwa kotamadya Kediri yang pernah dilakukan oleh Ayudiah Aprilianti dkk
(2007) menunjukkan bahwa 62,50%
mengandung formalin serta identifikasi kandungan formalin juga pernah dilakukan
pada ikan asin di pasar tradisional dan modern kota Semarang oleh Henny Putri
S.T (2012) diperoleh hasil bahwa masih ada pedagang yang menggunakan formalin
sebagai pengawet ikan asin.
Jajanan yang
tahan lama sangat menguntungkan bagi penjual karena apabila jajanan tidak habis
laku terjual maka jajanan masih awet dan bisa dijual esok harinya. Selain itu
rasa atau tekstur jajanan yang menjadi lebih kenyal membuat para pembeli
terutama anak-anak sekolah lebih menyukai sehingga tertarik untuk membelinya.
Para penjual jajanan pada dasarnya hanya memikirkan bagaimana caranya agar
jajanan mereka laku dan mereka tidak mengalami kerugian. Para penjual tidak
memikirkan bagaimana dampak bahan-bahan kimia tersebut bagi para pembeli.
Ironisnya para penjual jajanan tersebut bahkan ada yang tidak mengetahui bahwa
bahan kimia yang mereka gunakan berbahaya bagi kesehatan. Para penjual
menggunakan bahan-bahan kimia tersebut terutama formalin dan boraks berdasarkan
pengalaman dari sesama penjual saja dan melihat bahwa hal tersebut
menguntungkan.
Adanya kandungan
formalin, mikroba maupun bahan berbahaya lainnya yang terdapat pada makanan
disebabkan karena minimnya pengetahuan dari pedagang maupun konsumen mengenai
bahan berbahaya yang dilarang penggunaannya dalam makanan. Hal ini diperkuat
dengan hasil penelitian Henny Putri S.T (2012) yang mana para pedagang tidak
tahu akan bahaya yang ditimbulkan dari pemakaian formalin. Selain itu
berdaarkan penelitian Ghaida Yasmin dan Siti Madaniyah (2010) tentang perilaku
penjaja pangan jajanan anak sekolah terkait kemanan pangan di Jakarta dan
Sukabumi diperoleh 74,1% penjaja makanan
yang masih mempunyai pengetahuan yang rendah akan praktik keamanan pangan. Tujuan penelitian adalah untuk identifikasi
kandungan formalin dan boraks dalam pangan jajanan di sekitar kabupaten
Bangkalan.
METODOLOGI
Penelitian
dilakukan di Laboratorium Teknologi Industri Pertanian Universitas Trunojoyo
Madura mulai bulan Mei-November 2013. Sampel diambil di 10 Sekolah Dasar
kabupaten Bangkalan di kecamatan Geger, Kwanyar, Arosbaya, Socah, Bangkalan,
Tanah Merah, Burneh, Blega, Kamal dan Labang. Bahan yang digunakan
diantaranya sampel pangan jajanan,
aquadest, kertas saring, boraks, kunyit, larutan formalin, dan larutan PK (Kalium Permanganat). Alat yang
digunakan diantaranya cawan
petri, sendok plastic, kantong plastik putih, pipet tetes, alat penumbuk, pipet
tetes,tabung reaksi, Erlenmeyer, beaker glass dan pisau. Identifikasi adanaya formalin dan
boraks dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Sebagai identifikasi awal dilakukan secara
kualitatif dimana apabila hasil uji positif maka dilanjutkan identifikasi
kuantitatif dengan spektrofotometer.
Identifikasi
kualitatif boraks dilakukan dengan cara menimbang bahan kira-kira 5 gram,
ditumbuk, dimasukkan ke dalam beaker glass, ditambah aquadest, diaduk,
dibiarkan selama 5 menit lalu dicelupi
kertas kurkumin sebagai indikator adanya boraks. Pangan jajanan yang mengandung
boraks akan diindikasikan dengan perubahan warna dari kertas kurkumin dari
kuning menjadi orange atau merah (semakin gelap). Identifikasi kuantitatifnya
dilakukan dengan spektrofotometer UV-Vis.
Identifikasi
kualitatif formalin dilakukan dengan cara menimbang bahan kira-kira 5 gram,
ditumbuk, dimasukkan ke dalam beaker glass, ditambah aquadest, diaduk,
dibiarkan selama 5 menit lalu ditambah 5 tetes larutan kalium permanganate.
Pangan jajanan yang mengandung formalin akan diindikasikan dengan perubahan
warna dari merah muda menjadi memudar atau lama kelamaan menghilang.
Identifkasi kuantitatif dilakukan dengan spektrofotometer UV-Vis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi boraks dalam makanan
jajanan dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Uji kualitatif
menggunakan metode kertas kurkumin. Uji
tersebut dilakukan untuk mengetahui adanya boraks dalam pangan jajanan secara
kualitatif dan jika sampel positif mengandung boraks maka dilakukan uji
kuntitatif untuk mengetahui kadar boraks yang terkandung dalam makanan
tersebut. Uji kuantitatif menggunakan metode spektrofotometri UV Vis. Hasil
identifikasi kualitatif dan kuantitif boraks dalam makanan jajanan dapat
dilihat pada tabel I.
Tabel I. Uji Kualitatif dan Kuantitatif
Boraks dalam Sampel Pangan Jajanan Kabupaten Bangkalan
No
|
Tempat
|
Sampel
|
Keterangan
|
Kadar
(ppm)
|
1
|
Geger
|
Pentol
Pentol Tahu
Mi
|
+
+
+
|
22
36
19
|
2
|
Kwanyar
|
Pentol
Tahu
Nugged
|
+
+
+
|
39
10
67
|
3
|
Arosbaya
|
Pentol kecil
Krupuk
Pentol Tanggung
|
+
+
+
|
27
130
65
|
4
|
Socah
|
Tahu Balut Telur
Cimol
Krupuk
|
+
+
+
|
213
73
80
|
5
|
Bangkalan
|
Pentol
Pentol Tahu
Cimol
|
+
+
+
|
61
21
26
|
6
|
Tanah Merah
|
Pentol
Sosis
Pentol tahu
|
+
-
+
|
71
-
32
|
7
|
Burneh
|
Pentol Tahu
Sosis 1
Sosis 2
|
+
+
+
|
98
18
27
|
8
|
Blega
|
Sosis
Mi
Krupuk
|
+
-
+
|
83
-
89
|
9
|
Kamal
|
Pentol
Pentol Tahu
Cimol
|
+
+
+
|
22
29
65
|
10
|
Labang
|
Pentol
Pentol Tahu
Cimol
|
+
+
+
|
25
23
34
|
Keterangan : (+) : mengandung boraks
(-) : tidak mengandung boraks
Identifikasi
kualitatif boraks pada pangan jajanan di kabupaten Bangkalan menunjukkan bahwa 93,33%
sampel mengandung boraks. Indikator yang digunakan adalah kertas kurkumin (dari
kunyit) dimana terjadi perubahan warna pada kertas kurkumin tersebut dari
kuning menjadi merah kecoklatan.
Perubahan warna ini disebabkan karena air kunyit banyak mengandung
kurkumin (bahan kimia yang memeri warna kuning pada kunyit). Kurkumin pada kondisi asam akan berwarna kuning dan akan
berubah warna menjadi merah kecoklatan pada kondisi basa. Boraks berada dalam bentuk
senyawa yang bersifat basa sehingga bila tercampur dengan kurkumin akan
membentuk senyawa baru yaitu boro-kurkumin . Senyawa ini berwarna merah
kecoklatan. Reaksi yang terjadi pada percobaan identifikasi boraks pada makanan
adalah:
Boraks + Kurkumin → Rosocyanine
Na2B4O7 + C21H20O6
→B[C21H19O6]2Cl
Berdasarkan teori tersebut maka
identifikasi boraks dapat dideteksi dengan menggunakan indikator basa (misalnya
kertas kurkumin) dimana akan menghasilkan perubahan warna dari kuning menjadi
merah kecoklatan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pangan jajanan
yang beredar di Bangkalan masih belum aman dari bahan tambahan pangan yang
dilarang oleh Pemerintah (boraks). Hal ini ditunjukkan dari hasil penelitian
diatas yang menunjukkan 93,33% pangan jajanan mengandung boraks. Penggunaan
boraks sebagai bahan tambahan pangan dapat menimbulkan efek racun pada manusia
akan tetapi toksisitas boraks yang terkandung dalam makanan tidak langsung
dirasakan oleh konsumen. Boraks yang terdapat dalam makanan akan diserap oleh
tubuh dan dan disimpan secara kumulatif dalam hati, otak hingga dosis boraks
dalam tubuh menjadi tinggi. Pada dosis yang cukup tinggi, boraks dalam tubuh
akan menyebabkan timbulnya gejala pusing, muntah, mencret dank ram perut dan
bila dosis tinggi dapat menyebabkan kematian (Jamaludin, 2013).
Identifikasi
formalin dalam makanan jajanan dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif.
Analisa kualitatif menggunakan larutan PK sedangkan analisa kuantitatif
menggunakan spektrofotometer UV Vis. Hasil identifikasi kualitatif dan
kuantitaif boraks dalam makanan jajanan dapat dilihat pada tabel II.
Tabel II. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Formalin dalam
Sampel Pangan Jajanan Kabupaten Bangkalan
No
|
Tempat
|
Sampel
|
Keterangan
|
Kadar
(ppm)
|
1
|
Geger
|
Pentol
Pentol Tahu
Mi
|
+
+
+
|
1
17
8
|
2
|
Kwanyar
|
Pentol
Tahu
Nugged
|
+
+
+
|
17
1
18
|
3
|
Arosbaya
|
Pentol Kecil
Krupuk
Pentol Tanggung
|
+
+
+
|
9
45
20
|
4
|
Socah
|
Tahu Balut Telur
Cimol
Krupuk
|
+
+
+
|
70
34
37
|
5
|
Bangkalan
|
Pentol
Pentol Tahu
Cimol
|
+
+
+
|
24
1
23
|
6
|
Tanah Merah
|
Pentol
Sosis
Pentol tahu
|
+
+
+
|
24
17
26
|
7
|
Burneh
|
Pentol Tahu
Sosis 1
Sosis 2
|
+
+
+
|
20
1
11
|
8
|
Blega
|
Sosis
Mi
Krupuk
|
+
+
+
|
37
12
33
|
9
|
Kamal
|
Pentol
Pentol Tahu
Cimol
|
+
+
+
|
2
1
17
|
10
|
Labang
|
Pentol
Pentol Tahu
Cimol
|
+
+
+
|
18
3
10
|
Keterangan : (+) : mengandung formalin (-) :
tidak mengandung formalin
Identifikasi
kualitatif formalin pada pangan jajanan di kabupaten Bangkalan menunjukkan
bahwa 100 % sampel mengandung formalin. Indikator yang digunakan adalah larutan
PK dimana terjadi perubahan warna dari pink menjadi pudar dan lama kelamaan
hilang. Perubahan warna ini disebabkan karena senyawa formalin dapat bereaksi
menghilangkan warna larutan PK (mereduksi warna larutan PK). Kadar formalin
yang terkandung dalam pangan jajanan hasil penelitian termasuk kecil akan
tetapi kadar yang kecil apabila terakumulasi dalam tubuh akan berakibat fatal.
Formalin
merupakan larutan yang tidak berwarna dan baunya menusuk, Larutan formalin
mengandung sekitar 37% formaldehida yang dilarutkan dalam air. Rumus kimia dari
formalin adalah HCOH. Formalin biasa diperdagangakan dengan nama yang
berbeda-beda antara lain : Formol, Morbicid, Methanal, Formic aldehyde,
Formalith, dll. Penggunaan Formalin biasanya sebagai deinfektan dan pengawet
mayat pada bidang kesehatan, pemercepat pewarnaan pada industry tekstil, karet,
dll, sebagai perekat pada industry kayu, dll. Formalin tidak diijinkan sebagai
pengawet makanan berdasarkan Kepmenkes No.1168/Menkes/Per/X/1999. Dampak
formalin pada manusia dapat bersifat akut dan kronik.
Dampak Akut
- Bila terhirup akan terjadi iritasi pada hidung dan tenggorokan, rasa terbakar pada tenggorokan serta batuk-batuk.
- Bila terkena kulit akan terjadi perubahan warna pada kulit menjadi merah, mengeras, mati rasa dan kulit terbakar.
- Bila terkena mata akan menimbulkan iritasi mata
- Bila tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar.
Dampak
Kronik
- Apabila terhirup dalam jangka waktu lama akan menimbulkan sakit kepala, gangguan pernafasan, batuk-batuk, mual, mengantuk, kehilangan konsentrasi dan daya ingat berkurang, dll.
- Apabila terkena kulit maka kulit akan terasa panas, kerusakan pada jari tangan, pengerasan kulit dan kepekaan pada kulit dan terjadi radang kulit yang menimbulkan gelembung.
- Jika terkena mata bisa menimbulkan radang selaput mata
- Jika tertelan akan menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan, penurunan shu badan dan gatal-gatal. (Jamaludin, 2013).
Penggunaan
boraks dan formalin yang secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama
dapat berakibat fatal bagi konsumen maka diperlukan pencegahan dengan
mengetahui ciri pangan jajanan yang mengandung bahan pengawet (boraks dan
formalin). Ciri pangan jajanan yang mengandung boraks dan formalin diantaranya
:
- Biasanya makanan akan lebih kemyal
- Tidak mudah hancur
- Awet beberapa hari
- Tidak Lembek
- Tidak dihinggapi lalat
Ada beberapa alasan penggunaan boraks
dan formalin sebagai bahan pengawet pangan jajanan adalah
- Kurang pahamnya para penjaja pangan jajanan akan pengetahuan tentang bahan tambahan pangan yang dilarang. Oleh karena itu, dibutuhkan peran akademisi untuk memberikan penyuluhan tentang bahan tambahan pangan
- Faktor ketidaksengajaan dari penjaja pangan jajanan dimana bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan pangan jajanan sudah terkontaminasi bahan pengawet tersebut (boraks dan formalin).
- Faktor ekonomi, karena dengan menggunakan bahan-bahan tersebut maka pangan jajanan dapat menjadi lebih awet sehingga pangan jajanan mempunyai umur simpan yang lebih lama.
PENUTUP
Pangan jajanan yang beredar di 10
kecamatan kabupaten Bangkalan sekitar 93, 33 % mengandung boraks dan 100%
mengandung formalin.
1. Masyarakat
Bangkalan perlu berhati-hati akan keamanan pangan terutama jajanan pangan
karena hampir sebagian besar mengandung formalin dan boraks.
DAFTAR PUSTAKA
Aprilianti Ayudiah, dkk. 2010. “Studi Kasus Penggunaan Formalin pada
Tahu Takwa
Di Kotamadya Kediri”. PKM Universitas
Muhammadiyah Malang. Malang.
Dewi S. 2010. “Kecukupan
Energi dan Protein serta Sumbangan Energi dan Protein Makanan Jajanan pada Anak
SD NEGERI No. 060822 Kecamatan Medan Area” . Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Univesitas Sumatera Utara.
Har Riyadi Putut, , Nur
Bambang Azis, Winarni Agustini Tri.
2007. “Analisis Kebijakan Keamanan Pangan Produk Hasil Perikanan di
Pantura Jawa Tengah dan DIY”. FPIK. UNDIP.Semarang.
Jamaludin, Drs, M.Si. http://www.ut.ac.id/html/suplemen/peki4422/bag/204.htm, diakses pada tanggal 8 Oktober
2013.
Lestari ,Indri . 2010. “Hubungan Tingkat
Pengetahuan dan Sikap Produsen dengan Derajad Keberadaan Boraks dalam Kerupuk
di Desa Sijeruk Kecamatan Kendal Kabupaten Kendal”. UNIMUS Digital Library.
UNIVERSITAS Muhammadiyah Semarang. Semarang.
Monita
Sari Dewi. 2003. “Studi Keamanan Mikrobiologi dan Cemaran Logam Berat (Pb dan
Cu) Pada Makanan Jajanan di Bursa Kue Subuh Pasar Senen Jakarta Pusat”. Jurusan Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian.IPB.
Oktavia SR, Lambok. 2012. “Pengaruh
Pengetahuan dan Motif Ekonomi terhadap Penggunaan Formalin dan Boraks oleh
Pedagang Dalam Pangan Siap Saji (Bakso) di Kecamatan Medan Denai dan Medan
Tuntungan”. Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.Medan.
Oktavrilani
Charisa . 2010 “Degradasi Kadar Formalin pada Ikan Asin dengan Variasi
Konsentrasi Air Leri”. UNIMUS Digital
Library Universitas Muhammadiyah Semarang. Semarang.
Putri
Sitiopan T , Henny. ( 2012). “Studi Identifikasi Kandungan Formalin Pada Ikan
Pindang Di Pasar Tradisional Dan Modern Kota Semarang”. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, UNDIP.Semarang. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 983 – 994.
Rahmanita, Ira. 2011. “Hubungan
Pengetahuan, Sikap serta Perilaku Ibu mengenai Jajanan Anak SD Yang Mengandung
Bahan Pengawet dan Pewarna di Kelurahan Beringin Jambi Tahun 2011”. Program
Studi Pendididkan Dokter Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Jakarta.
Rinto, Elmelzi Arafah,
Budi Utama. 2009. “Kajian Kemanan Pangan (Formalin, Garam, Mikrobia) pada Ikan
Sepat Asin Produksi Indralaya”. Jurnal Pembangunan Manusia Vol.8 No.2 tahun
2009. Universutas Sriwijaya. Indralaya.
Saparinto
Cahyo dan Hidayati Diana. 2006. “Bahan
Tambahan Pangan”. Kanisius. Yogyakarta.
Yasmin Ghaida dan Madanijah
Siti . 2010. “Perilaku penjaja Pangan Jajanan Anak Sekolah Terhadap Keamanan
Pangan di Jakarta dan Sukabumi. Jurnal Gizi dan Pangan”. 2010.Volume 5(3):
148–157. Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
No comments:
Post a Comment