Translate

Ad

Thursday, July 2, 2020

Full Paper: PENGARUH MEDIA PEMENDAMAN TERHADAP KADAR VITAMIN C, Fe DAN TANIN KLUWAK


PENGARUH MEDIA PEMENDAMAN TERHADAP KADAR VITAMIN C, Fe DAN TANIN KLUWAK
Asrul Bahar dan Meda Wahini
Prodi S1 Pendidikan Tata Boga-PKK-FT-UNESA

Abstrak
Kluwak merupakan hasil fermentasi biji kepayang. Pemanfaatan kluwak sebagai salah satu jenis bahan makanan potensial perlu ditingkatkan mengingat bahan ini memiliki keunggulan ditinjau dari unsur nutrisi yang terkandung di dalamnya. Biji kluwak mengandung antioksidan yang cukup tinggi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui 1) pengaruh media pemendaman, 2) pengaruh wadah pemendaman, 3) pengaruh wadah biji kepayang, dan  4) pengaruh berat biji kepayang terhadap kadar vitamin C, Fe dan Tanin kluwak.
Penelitian ini merupakan penelitian eksprimen. Metode pengumpulan data menggunakan uji kimia terhadap kadar vitamin C, Fe dan tanin kluwak. Uji kimia dilakukan di Balai Penelitian dan Konsultasi Industri (BPKI) Surabaya terhadap 36 sampel dengan perlakuan media pemendaman 3 macam yaitu, tanah, abu, dan pasir; wadah pemendaman macam 2 macam yaitu toples kaca dan kendil tanah liat; wadah biji kepayang 2 macam yaitu tanpa plastik dan dibungkus plastik; serta berat biji kepayang 3 tingkat yaitu 50g, 150 g dan 250 g. Data hasil uji kimia dianalisis dengan uji anava ganda, dilanjutkan dengan uji produk yang terbaik ditentukan dari hasil uji lanjut Duncan.
Hasil analisis menunjukan bahwa media pemendaman, wadah pemendaman, wadah biji kepayang dan berat biji kepayang berpengaruh sangat nyata terhadap semua parameter yang diamati. Media pemendaman terbaik adalah abu karena menghasilkan kluwak dengan kadar vitamin C, Fe dan tanin tertinggi, yaitu berturut-turut 21,11 mg/100 g, 5,49 mg/100 g dan 7,73 %. Wadah pemendaman terbaik adalah kendil tanah liat karena menghasilkan kluwak dengan kadar vitamin C, Fe dan tanin tertinggi, yaitu berturut-turut 21,48 mg/100 g, 5,38 mg/100 g dan 7,54 %. Wadah biji kepayang yang terbaik adalah tanpa dibungkus plastik karena menghasilkan kluwak dengan kadar vitamin C, Fe dan tanin tertinggi, yaitu berturut-turut 20,56 mg/100 g, 5,46 mg/100 g dan 6,99 %. Berat biji kepayang dalam satu wadah yang terbaik adalah 250 gram, karena menghasilkan kluwak dengan kadar vitamin C, Fe dan tanin tertinggi, yaitu berturut-turut 20,85 mg/100 g, 5,86 mg/100 g dan 7,30 %.
Kata Kunci : media pemendaman, wadah pemendaman, wadah biji kepayang, berat biji kepayang, vitamin C, Fe, dan tanin.
PENDAHULUAN

Makalah ini adalah sebagian dari hasil penelitian fundamental tahun pertama yang berjudul “Uji coba Biji Kluwak terhadap formula baku Kecap Berantioksidan Tinggi ditinjau dari Nilai Fungsional”. Pada makalah ini hanya akan disajikan hasil uji kimia dari kluwak yang dihasilkan dari berbagai perlakuan fermentasi, yang meliputi kadar vitamin C, Fe dan tanin.
Biji kepayang (Pangium edule reinw) termasuk dalam famili Flacourtiaceae, genus Pangium dan spesies edule reinw, dikenal masyarakat dengan nama yang berbeda di setiap daerah. Biji kepayang sering disebut pakem di wilayah Bali dan Kalimantan, di daerah Minangkabau dinamai kapencueng, kapecong, atau simaung, sedangkan di pulau Jawa popular dengan sebutan kluwak. Kluwak merupakan hasil fermentasi biji kepayang. Kluwak sejauh ini masih belum dimanfaatkan secara maksimal. Pada sebagian besar masyarakat, biji kluwak biasanya digunakan sebagai bahan untuk bumbu/rempah dalam masakan. Semisal di Yogyakarta kluwak dimanfaatkan untuk masakan gudeg, atau digunakan dalam masakan rawon yang menjadi ciri khas masakan masyarakat di Jawa Timur. Efek yang ditimbulkan biji kluwak pada masakan yaitu memberikan warna hitam, serta memberikan aroma dan rasa yang khas.
Pemanfaatan kluwak sebagai salah satu jenis bahan makanan potensial perlu ditingkatkan mengingat bahan ini memiliki keunggulan ditinjau dari unsur nutrisi yang terkandung di dalamnya. Biji kluwak mengandung antioksidan yang cukup tinggi. Antioksidan berguna bagi tubuh untuk menghambat reaksi oksidasi akibat radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan asam lemak tak jenuh, membran dinding sel, pembuluh darah, basa DNA, dan jaringan lipid (Subeki, 1998). Kluwak merupakan sumber fosfor yang baik. Peran fosfor menyerupai kalsium, yaitu dalam pembentukan tulang dan gigi, serta untuk penyimpanan dan pengeluaran energi. Kluwak juga mengandung lemak cukup tinggi, vitamin C, ion besi, betakaroten, asam sianida (sifatnya beracun, mudah menguap pada suhu 26 derajat Celcius, aman untuk pengawetan ikan), asam hidnokarpat, asam khaulmograt, asam glorat, dan tanin (sebagai bahan pengawet ikan) (Astawan, 2009).
Meiriyanto (1988) melaporkan bahwa aktivitas antioksidan pada biji kepayang yang difermentasi, meningkat dari hari ke-0 sampai hari ke-40 (sudah berbentuk kluwak). Menurut Fardiaz dan Romlah (1992), ekstrak metanol biji kepayang yang sudah difermentasi mempunyai aktivitas antioksidan yang lebih tinggi daripada ekstrak metanol biji kepayang segar. Biji kepayang selain dapat dikonsumsi setelah dihilangkan racunnya, ternyata juga dapat digunakan sebagai desinfektan dan antibiotik yang dapat menangkal beberapa jenis penyakit.
Penelitian terkait dengan kluwak telah dilakukan, terutama mengenai aktivitas antioksidan, daya anti mikroba dan kandungan lemaknya (Sulandari, 2009). Mengingat kluwak mempunyai aroma khas yang berbeda dengan biji kepayang mentah, maka dalam penelitian ini ingin mengetahui perubahan senyawa antioksidan mulai dari biji kepayang segar sampai menjadi kluwak (hasil proses fermentasi) untuk selanjutnya dijadikan formula baku kecap berantioksidan tinggi. Penentuan formula baku kluwak sebelum dijadikan kecap tersebut diharapkan lebih mempermudah peneliti untuk mendapatkan formula yang tepat sehingga dapat menghasilkan resep baku kecap berantioksidan tinggi ditinjau dari nilai fungsional. Nilai fungsional dalam penelitian ini ditinjau dari zat-zat atau kandungan yang terkandung di dalam kluwak dapat memberikan efek positif bagi tubuh. Makanan dikatakan mempunyai sifat fungsional bila mengandung komponen (zat gizi atau bukan) yang mempengaruhi satu atau sejumlah terbatas fungsi dalam tubuh, tetapi yang bersifat positif sehingga dapat memenuhi kriteria fungsional atau menyehatkan (Muchtadi, 1996).
Pada penelitian ini biji kepayang difermentasi dengan berbagai perlakuan yang terdiri dari 4 faktor, yaitu media pemendaman (tanah, abu dan pasir); wadah penyimpanan (toples kaca dan kendil tanah liat); pembungkusan (dibungkus plastik dan tidak dibungkus plastik); serta berat kluwak per wadah (50 g, 150 g dan 250 g).


BAHAN DAN METODE
A.      BAHAN
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji kepayang segar, abu, tanah dan pasir. Alat yang digunakan adalah : toples kaca, kendil tanah liat, plastik, timbangan digital, pisau, pacul, sekop.
B.      Metode
Biji kepayang segar difermentasi dengan jalan pemendaman (penguburan) dengan berbagai perlakuan yang terdiri dari 4 faktor, yaitu media pemendaman (tanah, abu dan pasir); wadah penyimpanan (toples kaca dan kendil tanah liat); pembungkusan (dibungkus plastik dan tidak dibungkus plastik); serta berat kluwak per wadah (50 g, 150 g dan 250 g).



HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Media Pemendaman
Media pemendaman berpengaruh sangat nyata terhadap kadar vitamin C, Fe dan tanin. Media abu menghasilkan kadar vitamin C, Fe dan tanin terbesar yaitu secara berturut-turut per 100 gram: 21,1125 mg, 5,4917 mg dan 7,7250 g.
B.      Wadah Penyimpanan
Wadah penyimpanan berpengaruh sangat nyata terhadap kadar vitamin C, Fe dan tanin kluwak yang dihasilkan. Kendil tanah liat menghasilkan kluwak dengan kadar vitamin C, Fe dan tanin yang lebih tinggi dibandingkan dengan toples kaca. Hal tersebut diduga karena proses fermentasi secara semi aerobik yang berlangsung pada kendil tanah liat mampu menghasilkan vitamin C dan tanin yang lebih tinggi serta mampu mepertahankan kadar Fe dibandingkan fermentasi an aerobik yang berlangsung pada toples kaca. Kadar ketiganya per 100 gram berturut-turut adalah 21,4778 mg, 5,3833 mg dan 7,5389 g.
C.      Pembungkusan
Pembungkusan berpengaruh sangat nyata terhadap kadar vitamin C, Fe dan tanin kluwak yang dihasilkan. Perlakuan tanpa pembungkusan dengan plastik menghasilkan kluwak dengan kadar vitamin C, Fe dan tanin yang lebih tinggi dinadingkan dengan pembungkusan plastik. Kadar ketiganya secara berturut-turut per 100 gram adalah 20,5583 mg, 5,4556 mg dan 6,9861 g. Hal ini memperkuat dugaan bahwa fermentasi secara semi aerobik mampu menghasilkan vitamin C dan tanin yang lebih tinggi serta mampu mempertahankan kadar Fe dibandingkan fermentasi an aerobik.
D.      Berat Biji Kepayang
Berat biji kepayang juga sangat berpengaruh terhadap kadar vitamin C, Fe dan tanin. Kadar tertinggi untuk ketiganya diperoleh dari berat 250 gram dengan kadar per 100 gram secara berturut-turut adalah 20,8500 mg, 5,8625 mg dan 7,3000 g. Trend yang terjadi adalah semakin berat biji kepayang dalam satu wadah maka kadar ketiganya semakin tinggi.
E.      Interaksi antara media pemendaman dengan wadah penyimpanan
Interaksi antara media pemendaman dengan wadah penyimpanan tidak berpengaruh nyata terhadap warna dan aroma kluwak, tetapi berpengaruh sangat nyata terhadap tekstur dan penampakan fisik permukaan kluwak. Tekstur terbaik dihasilkan dari interaksi media tanah dengan kendil tanah liat dengan nilai rata-rata 3,0500 (agak keras).
Penampakan fisik permukaan kluwak yang terbaik dihasilkan dari interaksi antara media tanah dengan toples kaca dengan nilai rata-rata 3,4500 (antara agak banyak jamur sampai sedikit jamur berwarna putih).
Interaksi antara media pemendaman dengan wadah penyimpanan juga berpengaruh sangat nyata terhadap kadar vitamin C, Fe dan tanin. Interaksi antara media abu dengan kendil tanah liat menghasilkan kadar tertinggi untuk ketiganya, yaitu secara berturut-turut per 100 gram adalah 23,7917 mg, 5,9417 mg dan 8,7083 g.
F.       Interaksi antara media pemendaman dengan pembungkusan
Interaksi antara media pemendaman dengan pembungkusan berpengaruh sangat nyata terhadap kadar vitamin C, Fe dan tanin. Interaksi antara media abu dengan tanpa pembungkusan plastik menghasilkan kluwak dengan kadar tertinggi untuk ketiganya, secara berturut-berat besarnya per 100 gram adalah 22,2917 mg, 5,9667 mg dan 8,0917 g.
G.      Interaksi antara media pemendaman dengan berat biji kepayang
Interaksi antara media pemendaman dengan berat biji kepayang berpengaruh sangat nyata terhadap kadar vitamin C dan tanin, serta berpengaruh nyata terhadap kadar Fe. Interaksi antara media abu dengan berat 250 gram menghasilkan kluwak dengan kadar ketiganya yang tertinggi, yaitu secara berturut-berat besarnya per 100 gram adalah 21,9625 mg, 6,3625 mg dan 8,3875 g.
H.      Interaksi antara wadah penyimpanan dengan pembungkusan
Interaksi antara wadah penyimpanan dengan pembungkusan berpengaruh sangat nyata terhadap kadar vitamin C dan Fe, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kadar tanin. Kadar vitamin C dan Fe tertinggi dihasilkan dari interaksi antara kendil tanah liat dengan tanpa pembungkusan plastik, dengan kadar per 100 gram berturut-turut 22,5889 mg dan 5,8444 mg.
I.        Interaksi antara wadah penyimpanan dengan berat biji kepayang
Interaksi antara wadah penyimpanan dengan berat biji kepayang berpengaruh sangat nyata terhadap kadar vitamin C, Fe dan tanin. Interaksi antara kendil tanah liat dengan berat 250 gram menghasilkan kluwak dengan kadar tertinggi untuk ketiganya. Secara berturut-turut kadarnya per 100 gram adalah 22,8750 mg, 6,2583 mg dan 7,9750 g.
J.       Interaksi antara pembungkusan dengan berat biji kepayang
Interaksi antara pembungkusan dengan berat biji kepayang berpengaruh sangat nyata terhadap kadar vitamin C dan tanin, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kadar Fe. Interaksi antara tanpa pembungkusan plastik dengan berat 250 gram menghasilkan kluwak dengan kadar vitamin C dan tanin tertinggi, yaitu 22,0333 mg/100 gram dan 7,3333%.
K.      Interaksi antara media pemendaman, wadah penyimpanan dan pembungkusan
Interaksi antara media pemendaman, wadah penyimpanan dan pembungkusan sangat berpengaruh nyata  terhadap kadar vitamin C dan Fe tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kadar tanin. Perlakuan media abu, kendil tanah liat dan tanpa dibungkus menghasilkan kluwak dengan kadar vitamin C dan Fe tertinggi yaitu 25,2333 mg/100 gram dan 6,3833 mg/100 gram.
L.      Interaksi antara media pemendaman, wadah penyimpanan dan berat kluwak
Interaksi antara media pemendaman, wadah penyimpanan dan berat kluwak sangat berpengaruh nyata  terhadap kadar vitamin C   dan tanin, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kadar Fe kluwak. Perlakuan media abu, kendil tanah liat dan berat 250 gram menghasilkan kluwak dengan kadar vitamin C dan tanin tertinggi yaitu 24,5750 mg/100 gram dan 9,4250%.
M.     Interaksi antara media pemendaman, pembungkusan dan berat kluwak
Interaksi antara media pemendaman, pembungkusan dan berat kluwak sangat berpengaruh nyata terhadap kadar Fe dan tanin, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kadar vitamin C kluwak. Perlakuan media abu, tanpa plastik dan berat 250 gram menghasilkan kluwak dengan kadar Fe dan tanin tertinggi yaitu 6,8750 mg/100 gram dan 8,6000%.
N.      Interaksi antara wadah penyimpanan, pembungkusan dan berat kluwak
Interaksi antara wadah penyimpanan, pembungkusan dan berat kluwak sangat berpengaruh nyata  terhadap kadar vitamin C dan tanin, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kadar Fe kluwak. Perlakuan kendil tanah liat, tanpa plastik dan berat 250 gram menghasilkan kluwak dengan kadar vitamin C tertinggi  yaitu 24,5667 mg/100 gram, sedangkan tanin tertinggi dihasilkan dari perlakuan  kendil tanah liat, tanpa plastik dan berat 150 gram yaitu 8,2333%.
O.      Interaksi antara media pemendaman, wadah penyimpanan, pembungkusan dan berat kluwak
Interaksi ke empat faktor penelitian sangat berpengaruh nyata terhadap kadar vitamin C, berpengaruh nyata terhadap kadar tannin dan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar Fe kluwak. Perlakuan media abu, kendil tanah liat, tanpa dibungkus plastik dan berat 250 gram menghasilkan kluwak dengan kadar vitamin C dan tanin tertinggi, yaitu 22,0333 mg/100 gram dan 7,3333%.


KESIMPULAN
1.       Media pemendaman berpengaruh sangat nyata terhadap kadar vitamin C, Fe dan tanin.   
2.       Wadah penyimpanan selama proses pemendaman berpengaruh sangat nyata terhadap kadar vitamin C, Fe dan tanin kluwak yang dihasilkan.
3.       Perlakuan pembungkusan dengan plastik dan tanpa pembungkusan berpengaruh sangat nyata terhadap kadar vitamin C, Fe dan tanin kluwak yang dihasilkan. 
4.       Berat biji kepayang sangat berpengaruh nyata terhadap kadar vitamin C, Fe dan tanin.
5.       Interaksi antara media pemendaman dengan wadah penyimpanan berpengaruh sangat nyata terhadap kadar vitamin C, Fe dan tanin.
6.       Interaksi antara media pemendaman dengan pembungkusan berpengaruh sangat nyata terhadap kadar vitamin C, Fe dan tanin.
7.       Interaksi antara media pemendaman dengan berat biji kepayang berpengaruh sangat nyata terhadap kadar vitamin C dan tanin, serta berpengaruh nyata terhadap kadar Fe
8.       Interaksi antara wadah penyimpanan dengan pembungkusan berpengaruh sangat nyata terhadap kadar vitamin C dan Fe, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kadar tanin.
9.       Interaksi antara wadah penyimpanan dengan berat biji kepayang berpengaruh sangat nyata terhadap kadar vitamin C, Fe dan tanin
10.    Interaksi antara pembungkusan dengan berat biji kepayang berpengaruh sangat nyata terhadap kadar vitamin C dan tanin, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kadar Fe.
11.    Interaksi antara media pemendaman, wadah penyimpanan dan pembungkusan sangat berpengaruh nyata  terhadap kadar vitamin C dan Fe, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kadar tanin.
12.    Interaksi antara media pemendaman, wadah penyimpanan dan berat kluwak sangat berpengaruh nyata  terhadap kadar vitamin C   dan tanin, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kadar Fe kluwak.
13.    Interaksi antara media pemendaman, pembungkusan dan berat kluwak sangat berpengaruh nyata terhadap kadar Fe dan tanin, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kadar vitamin C kluwak.
14.    Interaksi antara wadah penyimpanan, pembungkusan dan berat kluwak sangat berpengaruh nyata  terhadap kadar vitamin C dan tanin, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kadar Fe kluwak.
15.    Interaksi ke empat faktor penelitian sangat berpengaruh nyata terhadap kadar vitamin C, berpengaruh nyata terhadap kadar tannin dan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar Fe kluwak.   
16.    Perlakuan yang menghasilkan kluwak terbaik berdasarkan kadar vitamin C, Fe, dan tanin adalah media abu, kendil tanah liat, tanpa dibungkus plastik dengan berat 250 gram



DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, Edi. 2008. Pengawasan Mutu Bahan/Produk Pangan. Jakarta. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. PT. Asdi Mahasatya.
Cahyadi, W. 2008. Bahan Tambahan Makanan. Bumi Aksara. Jakarta.
Cakrawati, D. 2002. Pengaruh Pra Fermentasi dan Suhu Maserasi Terhadap Beberapa Sifat Fisikokimia Minyak Kasar Kluwak. Skripsi. Fakultas Teknologi Industri Pertanian. Universitas Padjadjaran.
Djaafar, T dan Rahayu, S. 1997. Cemaran Mikroba pada Produk Pertanian, Penyakit yang Ditumbuhkan dan Pencegahannya. Jurnal Litbang Pertanian, 26 (2), 2007.
Mahandari, Cokorda, dkk. 2011. Perbandingan Minyak Nabati Kasar Hasil Awetan Buah Kepayang Segar dengan Kluwak. Prosiding Seminar Nasional AVdER ke-3, Palembang. ISBN: 979-587-395-4, hal 26-27.
Muchtadi, Deddy dan Wijaya, C. Hanny. 1996. Pangan Fungsional: Pengenalan dan Perancangan. Kursus Singkat Makanan Fungsional. Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi UGM.
Naim, R. 2004. Senyawa Antimikroba dari Tanaman. Artikel. Harian Kompas.
Pratamaningrum, Putri, dkk. 2010. Fermentasi Kluwak (Pangium edule reinw) sebagai Alternatif Bahan Pengawet Ikan untuk Mencegah Pembusukan Ikan Hasil Tangkapan, Surabaya: Penelitian Ilmiah, Universitas Airlangga.
Purnomo dan Adiono. 1985. Ilmu Pangan. Terjemahan Buckle, K.A., Edwards, R.A., Fleet, GM., Wooton, M. UI-Press. Jakarta
Siswowidodo. 2008. Menanam Pucung, Lestarikan Hutan. Artikel Lomba Tulis YPHL.
Sarjono, Kasmijo, Robert Teknologi Pengolahan Biji Kluwak (Pangium Edule): Kajian Proses Dan Produksi Flavoring Agent : Laporan Penelitian, Institusi Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada
Sulandari, L. dkk. 2009.  Aktivitas Penghambat Antimikroba Ekstrak Biji Kluwak (Pangium Edule) Terhadap Bakteri Eschericia Coli dan Staphyloccus Aureaus. Institut Pertanian Malang. Jurnal Agritek, Vol.17. No. 6.













No comments:

Post a Comment