Translate

Ad

Saturday, July 4, 2020

EFEKTIVITAS METODE PEMISAHAN TERHADAP RENDEMEN KONSENTRAT PROTEIN LAMTORO GUNG (Leucaena eucocephala)


EFEKTIVITAS  METODE PEMISAHAN  TERHADAP RENDEMEN   KONSENTRAT PROTEIN LAMTORO GUNG (Leucaena eucocephala)
(Effectiveness of Separation Methods on the yield of  Protein Concentrate of  
Lamtoro gung (Leucaena eucocephala))

1)Dedin F.Rosida, 2) Sudiyarto, 3)Hapsari N, 

1)Staf Prodi Teknologi Pangan, UPN”Veteran” Jawa Timur
2)Staf Prodi Agribisnis, UPN”Veteran” Jawa Timur
3)Staf Prodi Teknik Kimia UPN”Veteran” Jawa Timur
Jl. Raya Rungkut Madya – Gunung Anyar Surabaya
Email: rosy.upnsby@gmail.com


Abstract

Lamtoro gung ( Leucaena leucocephala ) is a local biological resources which are potential as a source of protein. This was due to the high content of protein. Protein concentrates can be used to improve the nutritional status of children , or as a mixture of food products . Protein concentrates made ​​commercially as a food flavoring can use acids , bases or enzymes to hydrolysis . In general, hydrolyzed protein will perfectly for 16-24 hours using a strong acid or base at atmospheric pressure . The purpose of this study is to obtain the best hydrolysis method of lamtoro gung protein concentrates. The method was used consists of alkaline hydrolysis , enzymatic hydrolysis ( rough skin of pineapple waste and sheep rumen fluid and ultrafiltration membrane to separation protein . The results showed that optimal protein yield was been enzyme hydrolysis of pineapple peel waste 103.90 % ;  rumen  enzymes 113.77 %; enzyme amylase 120.45 % , 108.17 % alkaline extraction and separation with ultrafiltration membrane 108 % .

Keywords : #Lamtoro gung #proteinconcentrate #hydrolysisenzyme  #membrane


Abstrak

Lamtoro gung (Leucaena leucocephala) merupakan sumber daya hayati lokal yang merupakan potensial sebagai salah satu sumber protein nabati. Hal ini disebabkan tingginya kandungan protein. Konsentrat protein dapat digunakan untuk meningkatkan status gizi anak-anak atau sebagai campuran untuk produk pangan. Konsentrat protein yang dibuat secara komersial sebagai penyedap makanan dapat menggunakan asam, basa atau enzim sebagai bahan penghidrolisisnya. Pada umumnya protein akan terhidrolisis dengan sempurna selama 16 - 24 jam dengan menggunakan asam atau basa kuat pada tekanan atmosfir. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan metode hidrolisis terbaik untuk mendapatkan konsentrat protein lamtoro gung. Metode penelitian yang digunakan terdiri dari hidrolisis secara basa, hidrolisis secara enzimatis yang menggunakan enzim kasar dari limbah kulit nanas dan cairan rumen domba dan metode terakhir menggunakan pemisahan membrane ultrafiltrasi untuk mendapatkan proteinnya. Hasil penelitian didapatkan bahwa rendemen protein optimal hasil hidrolisis enzim limbah kulit nanas 103.90%; enzim cairan rumen domba 113.77%; enzim amylase 120.45%, ekstraksi basa 108.17% dan pemisahan dengan membrane ultrafiltrasi 108%.

Kata kunci: #Lamtoro gung, #konsentrat protein, #hidrolisis enzim. #membran

#EFEKTIVITAS  METODE PEMISAHAN  TERHADAP RENDEMEN   KONSENTRAT PROTEIN LAMTORO GUNG (Leucaena eucocephala)



Pendahuluan
Lamtoro gung (Leucaena leucocephala) merupakan sumber daya hayati lokal yang merupakan potensial sebagai salah satu sumber protein nabati. Hal ini disebabkan tingginya kandungan protein, yaitu sekitar 34,38% dengan kandungan asam amino yang hampir seimbang dengan bungkil kedelai dan merupakan sumber vitamin A dengan kandungan β-karoten yang relative tinggi. Tanaman leguminosa ini mudah ditanam sehingga dapat membantu penyediaan bahan baku pangan dengan nilai nutrisi yang tinggi. Kadar protein yang tinggi pada lamtoro gung alangkah baiknya jika dimanfaatkan untuk berbagai produk pangan.
Konsentrat protein yang dibuat secara komersial sebagai penyedap makanan dapat menggunakan asam, basa atau enzim sebagai bahan penghidrolisisnya. Pada umumnya protein akan terhidrolisis dengan sempurna selama 16 - 24 jam dengan menggunakan asam atau basa kuat pada tekanan atmosfir, meskipun demikian hidrolisis asam tidak menguntungkan, karena triptofan, asparagin, glutamin dan sejumlah asam amino lain hancur. Apabila menggunakan enzim, hidrolisis baru sempurna setelah beberapa hari pada kondisi yang terpilih dan terkontrol dengan baik.
Proses purifikasi konsentrat protein dalam lamtoro gung dilakukan dengan metode sentrifugasi, yaitu yang sudah difermentasi dengan limbah nanas dan enzim cairan rumen domba selama 2 jam dengan ditambahi larutan HCl encer sampai pH 4,5 kemudian campuran tersebut disentrifugasi sehingga terbentuk endapan dan cairan, endapan tersebut sebagian besar berupa protein dan komponen non protein terlarut dalam bagian cairan, endapan diambil kembali dengan netralisasi menggunakan NaOH encer sampai pH-nya mencapai  6 - 8 kemudian dikeringkan dan dilakukan analisa konsentrat proteinnya.
Faktor penting yang perlu mandapat perhatian dalam pemanfaatan Protein komoditas pangan dalam produk pangan adalah sifat-sifat fungsionalnya. Hal ini didasari pada berbagai fakta bahwa produk pangan diproduksi tidak hanya untuk meningkatkan nilai gizinya saja, akan tetapi justru sifat-sifat fungsional sangat menentukan penerimaannya oleh konsumen. Kelarutan protein (protein solubility )sangat dipengaruhi oleh pH. Nilai pH tersebut merupakan titik isoelektrik pada protein. Sifat-sifat fungsional dari proteinat dapat digunakan untuk memprediksikan penerapan penggunaan protein dalam sistem pangan. Hasil ekstraksi skala laboratorium dari tepung kacang polong dapat menghasilkan 62 persen dari proteinnya, walaupun koagulasi dengan asam atau garam menunjukkan kandungan nitrogen yang sama, namun kelarutan, sifat gelasi dan stabilitas emulsi menunjukkan perbedaan. Proteinat asam mudah terdispersi dan mempunyai kelarutan yang tinggi pada pH rendah. Hal ini membuatnya dapat difungsikan untuk minuman atau soups (Sutrisno, 2004).

Metode Penelitian
Proses Hidrolisis protein dapat secara ekstraksi asam/basa, enzim atau pemisahan menggunakan alat filtrasi.
1. Hidrolisis menggunakan Basa
Suspensi tepung biji Lamtoro gung (TBL : Air = 20 : 200 g/ml)  ditambahkan alkali (NaOH atau NH4OH) pada  pH  7; 8; 9;10; 11 dan diaduk selama 15 menit dengan stirrer pada suhu ruang Kemudian disentrifuse pada 1500 rpm selama 15 menit. Supernatan disentrifuse 1500 rpm selama 5 menit.  Endapan (protein) yang diperoleh  dilakukan pengeringan. Konsentrat protein dilakukan analisis rendemen protein
2.      Hirolisis menggunakan enzim α-amilase
Endapan hasil sentrifuse yang pertama pada pembuatan konsentrat protein secara basa dapat dilanjutkan dengan metode hidrolisis secara enzimatis., yaitu dengan menambahkan buffer sitrat 50 mL pH 4,8 0,05 M dipanaskan 100 oC selama 5 menit kemudian setelah dingin ditambahkan enzim α-amilase 1,25 mL, Kemudian diletakkan di waterbath shaker selama 0 - 120 menit suhu 40 oC, In aktif enzim dimasukkan dalam air mendidih. Kemudian  pH diatur menjadi 5,7 dengan penambahan Na-sitrat 0,05 M pada suhu 37 oC, dilanjutkan dengan diletakkan pada waterbath shaker pada suhu 37 oC, Disentrifuse 1500 rpm dalam air mendidih, Endapan dikeringkan dan dilakukan analisis rendemen protein.
3.      Hidrolisis menggunakan enzim Bromelin atau cairan rumen domba
Suspensi tepung biji Lamtoro gung (TBL : Air = 20 : 200 g/ml) dilakukan penyesuaiam pH dan dipanaskan 100 oC selama 5 menit dengan penambahan ekstrak enzim kasar dari cairan rumen domba atau limbah kulit nanas (0; 20; 40; 60; 80; 100 mL/kg TDL) diletakkan di waterbath shaker pada suhu 37 oC. Diinkubasi selama 24 jam dan 48 jam kemudian disentrifuse 1500 rpm dalam air mendidih. Endapan yang didapatkan dikeringkan dan dianalisis rendemen proteinnya.
4.      Pemisahan protein menggunakan membrane Ultrafiltrasi
Tepung biji lamtoro gung Ditambahkan  HCl encer sampai pH 4 kemudian dilewatkan pada Membrane ultrafiltrasi 0,45 mμ, siklus diputar dengan kisaran waktu 15 menit, 30 menit dan 45 menit dengan tekanan 0,5 atm dan 1 atm. Endapan yang didapat dinetralisir dengan NaOH encer sampai pH 6-8 kemudian dicuci dengan aquades dan dikeringkan. Konsentrat protein yang didapat dianalisis rendemen proteinnya

Hasil dan Pembahasan
1.      Konsentrat Protein Hasil Hidrolisis enzim Kulit Nanas
Konsentrasi enzim limbah kulit nenas semakin banyak didapatkan nilai rata-rata rendemen protein semakin meningkat (Tabel 1), disebabkan  semakin tinggi konsentrasi enzim limbah kulit nenas maka semakin banyak pula protein yang terhidrolisis, sehingga semakin tinggi pula rendemen protein. Semakin tinggi rendemen produk hidrolisat menunjukkan bahwa semakin banyak protein yang terhidrolisis (Purbasari, 2008).
Tabel 1. Rendemen protein konsentrat biji lamtoro gung dengan perlakuan konsentrasi enzim kulit nenas

Konsentrasi
enzim limbah kulit nenas (mg/100g)
Rata-rata
rendemen protein (%)

0
40
80
100
100,27
102,29
103,62
103,90
24
48
101,33
103,71







Semakin lama waktu inkubasi,  maka nilai rata-rata rendemen protein konsentrat protein biji lamtoro gung semakin meningkat (Tabel 1). Lama inkubasi dapat memberi kesempatan enzim limbah kulit nenas untuk menghidrolisis protein  sehingga semakin tinggi rendemen protein. Hasil penelitian Purbasari (2008) menunjukkan bahwa konsentrasi enzim papain 6% (b/v) dari total volume substrat dan lama inkubasi 48 jam memberikan hasil terbaik yaitu rendemen sebesar 31,58%. Menurut Winarno (1983), lama inkubasi dapat memberi kesempatan enzim  untuk memecah substrat sehingga hasil hidrolisa semakin meningkat.

2.      Konsentrat Protein Hasil Hidrolisis enzim rumen Domba
Rerata kadar protein dengan perlakuan lama inkubasi dengan konsentrasi enzim cairan rumen domba berkisar antara 49,7 % - 54,135 %. Rerata kadar protein tertinggi didapat pada perlakuan lama inkubasi 24 jam dengan konsentrasi enzim 0 ml/100 gram sebagai perlakuan control yaitu (54,135%), sedangkan pada perlakuan lama inkubasi 48 jam dengan konsentrasi enzim 6 ml/100 gram merupakan rerata kadar protein terendah (49,7%).

Tabel  2.   Rendemen protein hasil hidrolisis cairan rumen domba.
                        Perlakuan
Rendemen Protein (%)
Lama Inkubasi
Konsentrasi Enzim
(ml/100gram)
24
24
24
24
            24
24
48
48
48
48
48
48
0
2
4
6
8
10
0
2
4
6
8
10
117.06
114,79
114,74
112.37
109.84
114.10
114.21
114.55
111.89
107.46
108.78
113.77

3.   Konsentrat Protein Hasil Ekstraksi Basa
Pemekatan protein dilakukan dengan pengaturan pH. Kelarutan optimum protein pada pH sebesar 9; 10 dan 11 menggunakan NaOH 0,5 N kemudian mengendapkannnya dengan proses sentrifugasi. Rendemen konsentrat protein yang didapatkan pada pH 9 rata-rata sebesar 2,37%, pada pH 10 didapatkan 3,19% dan pada pH 11 didapatkan konsentrat protein sebesar 5,58%

Tabel 3. Rendemen Konsentrat protein yang didapatkan dari hasil ekstraksi basa
Perlakuan

Rendemen Protein (%)


PH  9
109,21

PH  10
95,83

PH  11
108.17


Faktor penting yang perlu mandapat perhatian dalam pemanfaatan protein lamtoro gung dalam produk pangan adalah sifat-sifat fungsionalnya. Hal ini didasari pada berbagai fakta bahwa produk pangan diproduksi tidak hanya untuk meningkatkan nilai gizinya saja, akan tetapi justru sifat-sifat fungsional sangat menentukan penerimaannya oleh konsumen.
Sifat-sifat fungsional dari proteinat dapat digunakan untuk memprediksikan penerapan penggunaan protein dalam sistem pangan. Hasil ekstraksi skala laboratorium dari tepung kacang polong dapat menghasilkan 62 persen dari proteinnya, walaupun koagulasi dengan asam atau garam menunjukkan kandungan nitrogen yang sama, namun kelarutan, sifat gelasi dan stabilitas emulsi menunjukkan perbedaan. Proteinat asam mudah terdispersi dan mempunyai kelarutan yang tinggi pada pH rendah. Hal ini membuatnya dapat difungsikan untuk minuman atau soups (Sutrisno, 2004)

4.    Konsentrat Protein Hasil Hidrolisis Enzim α-Amilase
Hidrolisis tepung lamtoro gung dengan enzim alfa-amilase diharapkan protein akan benar-benar terpisah dari komponen karbohidrat sehingga konsentrat protein yang didapatkan akan maksimal. Rata-rata rendemen konsentrat protein yang didapatkan sebesar 10,6%. PH optimum  mendapatkan konsentrat protein dengan enzim alfa amylase terdapat pada pH 11.


Tabel 4. Rendemen konsentrat protein dari hasil hidrolisis dengan enzim amylase

PH
Rendemen Protein (%)

PH  9
104.65
PH  10
107.87
PH  11
120.45

5.      Konsentrat Protein Hasil Pemisahan dengan Membran
Teknologi membran telah tumbuh dan berkembang secara dinamis sejak pertama kali dikomersilkan Sartorius-Werke di Jerman pada tahun 1927, khususnya untuk membran mikrofiltrasi. Pengembangan dan aplikasi teknologi ini semakin beragam dan penemuan-penemuan baru pun semakin banyak dipublikasikan. Teknologi membran pada akhirnya menjadi salah satu teknologi alternatif yang paling kompetitif saat ini dan telah memberikan beragam solusi bagi umat manusia dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Membran ultrafiltrasi dan reverse osmosis merupakan beberapa jenis dari teknologi membran yang memiliki spesifikasi ukuran membran berturut-turut, 0.001-0.1 μm dan 0,0001-0,001 μm. Secara umum ultrafiltrasi diaplikasikan dalam proses pemisahan unsurunsur partikulat dari larutannya dengan memanfaatkan beda tekan dalam proses kerjanya.Untuk membran reverse osmosis digunakan untuk memisahkan zat terlarut berukuran kecil(<10-4 μm sampai 10-2 μm) dengan prinsip perbedaan konsentrasi dalam proses kerjanya. Secara umum, ultrafiltrasi diaplikasikan dalam proses pemisahan unsur-unsur partikulat, makromolekul (fraksionasi), koloid, dan polimer organik maupun anorganik dari larutannya. Aplikasi proses ultrafiltrasi di industri di antaranya adalah untuk proses sterilisasi obat-obatan dan produksi minuman, klarifikasi ekstrak juice, pemrosesan air ultramurni pada industri semi konduktor, metal recovery, dan sebagainya.
Tabel 5. Kadar protein Hasil Pemisahan dengan membrane ultrafiltrasi
siklus
Rendemen Protein (%)


15 menit  0,5 atm
98.83

30 menit  0,5 atm
102.03

45 menit  0,5 atm
105.19

15 menit  1 atm
104.28

30 menit  1 atm
105.66

45 menit  1 atm
108


KESIMPULAN
Rendemen protein optimal hasil hidrolisis enzim limbah kulit nanas 103.90%; enzim cairan rumen domba 113.77%; enzim amylase 120.45%, ekstraksi basa 108.17% dan pemisahan dengan membrane ultrafiltrasi 108%

DAFTAR PUSTAKA

Anonim (……). Proses Pemurnian dengan Membran. Institut Teknologi Bandung

Dedin F. Rosida, Lingganingrum F dan Salekha S. 2002. Determination of protein physicochemical properties from komak seed (Lablab purpureus (L) sweet) by elektroforesis. Prosiding Seminar PATPI Malang
                                                           
Dedin F.Rosida, Hapsari N, Rosida, Jajati S. 2012. Pemanfaatan  biji lamtoro gung-angkak  untuk   pembuatan produk  pangan  fermentasi  dengan  kajian perannya sebagai  antioksidan  dan efek sinergis penurun kolesterol. Penelitian mandiri (UPNV Jatim). Proses untuk dipublikasikan.

FaiChan-Chi., Cheung, P.C.K., and ShingWong, Y., 1997. Functional Properties of Protein Concentration from Three Chinese Indigenous Legume Seeds. J.Agric.Food. Chem. (45)7:2500-2503.

Purbasari, Dian .(2008). Produksi Dan Karaterisasi Hidrolisat Protein Dari Kerang Mas Ngur (Atactodea striata) Skripsi. Fakultas perikanan dan ilmu kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Rahayu, Anny.  Suranto!. Purwoko, Tjahjadi.2005. Analisis Karbohidrat, Protein, dan Lemak pada Pembuatan Kecap Lamtoro Gung (Leucaena leucocephala) terfermentasi Aspergillus oryzae. Bioteknologi 2 (1): 14-20, Mei 2005, ISSN: 0216-6887.   Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta
                                                                                                               
Slamet DS dan Komari. 1987. Makanan jajanan dan bahan makanan campuran serelia dan biji lamtoro gung. Pros. KPIG 25-27 November 1986. Jakarta. Hal.105-109

Soetrisno, Uken S. S. 2004. Characterization of yellow pea (Pisum sativum L. Miranda) Proteins and the Proteinate Functional Properties. Doctor of Philosopy Thesis. Department ofNutrition and Food Management. Oregon State University, Corvallis, OR 97331-5103.Home: http://food.oregonstate.edu/

Winarno, F.G. 1983. Gizi Pangan, Teknologi dan Konsumsi. Jakarta :  Gramedia.

No comments:

Post a Comment