Berpuasa di bulan Ramadhan adalah salah satu dari 5 kewajiban umat islam yang “wajib” dilakukan. Istilah “wajib” tersebut tentu saja diperuntukan bagi umat islam yang sudah akil balegh, belum lansia, wanita yang sedang tidak haid atau nifas, tidak sedang dalam keadaan musafir dan dalam kondisi yang sehat atau tidak sedang menderita penyakit yang membahayakan jiwanya.
Bagi muslim yang sehat, menjalankan ibadah puasa mungkin menjadi sesuatu yang menyenangkan meskipun harus menderita lapar dan haus serta rasa capek karena harus tetap beraktivitas penuh sepanjang hari. Ada rasa kepuasan bathin yang tidak mampu dilukiskan melalui kata-kata jika bisa sukses dalam menjalankan ibadah berpuasa berikut rangkaian ibadah lainnya, seperti melaksanakan shalat tarawih, sholat tahajud, tadarus alquran,memperbanyak shodaqoh dan segala amal kebaikan, I’tikaf dan ibadah di malam lailatul qodar serta di tutup dengan melaksanakan zakat fitrah dan sholat idul fitri.
Namun bagi muslim yang sedang mengalami gangguan kesehatan, terutama yang mengalami masalah di lambungnya, berpuasa bisa menjadi sesuatu yang menyiksanya. Padahal hatinya sangat ingin menjalankan ibadah berpuasa dengan penuh perasaan senang, tenang, nyaman dan khusu’. Seorang muslim sejati akan merasa sayang apabila harus meninggalkan ibadah puasa wajib apalagi puasa tersebut hanya ada di bulan Ramadhan saja.
Sebuah dilema bagi seorang muslim yang ingin menjalankan ibadah berpuasa namun sedang memiliki masalah kesehatan yang kurang baik, terutama bagi yang lambungnya sedang mengalami gangguan seperti terkena penyakit Gastritis (maag), ulkus peptikum, gastroesophageal reflux disease (GERD), inflammatory dan bowel disease. Apabila memaksa tetap berpuasa maka tentunya akan menjadi puasa yang berat dan sekan menyiksa pada dirinya sendiri. Sebagian mungkin akan lebih memilih untuk tidak berpuasa karena merasa tak mampu kalau harus menderita sakit yang disebabkan oleh permasalahan di lambungnya tersebut.
Menurut Konsep Karnus permasalahan di lambung tersebut sebenarnya mudah untuk di atasi, yaitu salah satunya dengan cara menggunakan terapi nutrisi khusus, yang di formulasikan untuk merekonstruksi luka lambung sehingga permasalahan di lambung tersebut dapat di atasi secara tuntas. Dinding lambung yang luka direkonstruksi dengan menggunakan suatu bahan bioaktif quertenin dan leucocyanidin dari bahan pisang jenis tertentu, kemudian dikombinasikan dengan suatu protein fungsional kolagen halal, sehingga luka lambung tersebut bisa segera sembuh dan dapat berfungsi kembali. Jadi sudah tidak perlu khawatir lagi untuk menjalankan ibadah berpuasa gara-gara lambungnya bermasalah.
Apa Yang terjadi Pada Lambung dan Usus saat Berpuasa?
Selama menjalankan ibadah puasa Ramadhan, lambung otomatis akan seringkali mengalami kekosongan dari makanan. Sehingga memicu terjadinya suatu mekanisme dalam lambung yang di sebut MMC (Migrating motor complex). MMC merupakan suatu aktivitas motorik lambung dan usus halus yang berbeda secara mendasar pada keadaan puasa atau baru saja makan, yang mengacu pada sekumpulan gelombang listrik yang terjadi di usus untuk membantu mengatur beberapa fungsi seperti membersihkan sisa makanan yang tidak bisa di cerna atau yang sudah tidak butuhkan lagi kemudian memindahkannya ke usus besar yang selanjutnya akan diekskresikan oleh tubuh manusia melalui feces. Peran MMC dalam sistem pencernaan adalah untuk menghilangkan limbah dari tubuh. MMC di mulai dari lambung dan bergerak ke arah distal melalui usus halus.
Saat dalam keadaan berpuasa, MMC memiliki pola dominan yang disebut interdigestive myoelectric complex (IDMEC). IDMEC berfungsi sebagai pembersihan lapisan organ lambung, tujuannya adalah untuk melindungi lambung dan usus halus dari pertumbuhan bacterial yang melebihi kebutuhan. Proses MMC tersebut biasanya di tandai dengan bunyi “menggerung” dalam perut yang kosong dari makanan.
Apabila makanan berada lebih lama di dalam lambung dan usus, maka bisa menyebabkan pertumbuhan bakteri di dalam usus menjadi berlebihan sehingga harus segera dibersihkan melalui suatu mekanisme MMC tersebut.
Pembersihan saluran pencernaan untuk menghilangkan benda yang berbahaya dalam tubuh dan bakteri yang tidak menguntungkan adalah dengan cara pelumasan (lubrikasi) lambung dan usus halus pada saat lambung dan usus tersebut sedang dalam keadaan kosong dari asupan makanan. Mekanismenya adalah dengan cara meningkatkan sekresi asam lambung, cairan empedu dan pankreas dan sekaligus dibantu dengan melakukan gerakan dorong mekanik oleh otot lambung dan usus terhadap sisa-sisa makanan dan bakteri tersebut menuju arah distal.
Lambung yang sedang kosong karena sedang berpuasa akan beberapa kali terkena cairan asam lambung yang fungsinya untuk memebersihkan dinding lambung dari sisa makanan, bakteri dan zat yang merugikan pada tubuh.
Oleh karena itu selama bulan puasa biasanya akan terjadi peningkatan sekresi asam lambung dan cairan empedu, dan akan normal kembali setelah satu bulan pasca Ramadhan. Rata-rata pH lambung sebelum Ramadhan adalah sekitar 2.3, kemudian menurun menjadi 1.0 pada hari ke-10 dan ke-24 Ramadhan, dan akhirnya pH nya naik kembali menjadi 1.6 setelah satu bulan selesai berpuasa. Sekresi asam lambung meningkat sekitar 45% pada hari ke-10 Ramadhan dibandingkan sebelum Ramadhan dengan peningkatan variasi diurnal lebih tinggi daripada nokturnal.
Jika organ lambung dalam keadaan sehat, peningkatan cairan asam lambung tersebut tentunya tidak akan menyebabkan masalah kesehatan namun apabila lambung tersebut sedang mengalami masalah seperti terkena gastritis (maag), ulkus peptikum, GERD, maka peningkatan asam lambung tersebut pastinya akan menyebabkan berbagai keluhan kesehatan seperti munculnya dispepsia, rasa perih, mual dan perasaan dada terbakar (hurt burn) saat menjalankan ibadah berpuasa di bulan Ramadhan. Hal tersebut tentunya akan mengganggu kekhusu’an dari ritual ibadah puasa ramadhan itu sendiri.
Pada pasien yang mengalami permasalahan di lambung, puasa tentunya akan memperberat kondisi kesehatannya jika tidak diobati secara tepat. Karena dinding lambung yang sedang bermasalah akan beberapa kali terkena cairan asam lambung.
Obat Penetral Asam Lambung
Terapi pengobatan yang umumnya dilakukan saat ini oleh para praktisi kesehatan dalam menangani permasalahan kelebihan produksi asam lambung khususnya pada saat menjalankan ibadah puasa biasanya dengan menggunakan obat Penetral Keasaman Lambung atau penghambat Produksi Asam Lambung (inhibitor) yang diberikan saat sahur dan berbuka puasa. Seperti pemberian Antasida, obat antagonis reseptor H2 maupun obat golongan PPI (Proton Pump Inhibitor).
Penggunaan Obat penetral Asam Lambung atau pun Obat Penghambat Produksi Asam Lambung tersebut terlihat efektif untuk mengatasi masalah asam lambung yang berlebih secara instan pada saat itu. Gejala sakit yang dirasakan oleh pasien umumnya mungkin akan mereda, sehingga pasien dapat menjalankan puasa. Namun apabila ditelaah lebih lanjut, tanpa disadari ternyata solusi tersebut sebenarnya justru memunculkan suatu permasalahan baru yang bisa jauh lebih serius.
Berdasarkan KONSEP KARNUS, Apabila asam lambung di netralkan atau di hambat produksinya secara terus menerus, tentunya akan menjadi suatu permasalahan pada kinerja lambung itu sendiri. Lambung tidak akan dapat menjalankan fungsinya secara optimal. Bahkan pemberian obat-obatan tersebut akan mengganggu pada kinerja MMC. Sehingga proses pembersihan saluran pencernaan dari berbagai zat berbahaya dan bakteri tersebut pun akan terganggu.
Jika asam lambung dinetralkan atau di hambat produksinya tentu bisa menyebabkan proses produksi nutrisi makanan untuk sel menjadi tidak optimal. Sehingga pasokan nutrisi sel akan terganggu. Sel akan mengalami kekurangan nutrisi yang mengakibatkan sel tidak dapat berfungsi secara optimal sehingga dalam jangka waktu panjang bisa mengakibatkan munculnya penyakit degeneratif
Apabila penggunaan obat penetral atau penghambat produksi asam lambung di gunakan secara kontinyu selama bulan Ramadhan bahkan lebih lama lagi, maka bisa menimbulkan masalah yang lebih serius lagi, yaitu bisa mengakibatkan terjadinya penurunan produktivitas nutrisi yang diperlukan oleh seluruh sel tubuh. Sel akan mengalami kelaparan dan kinerja berbagai sel pun akan menurun sehingga tubuh akan mudah mengalamai sakit.
“Bayangkan kalau Lambung sudah tidak memiliki kekuatan lagi untuk mengurai atau memecah makanan, akibat asam lambungnya sudah tidak bisa berfungsi…”
Saat produksi asam lambung di hambat atau keasamannya di netralkan, maka bisa menyebabkan proses penguraian makanan di dalam lambung mengalami gangguan, yang mengakibatkan output nutrisi nya pun menjadi tidak sempurna. Efisiensi output nutrisi menjadi rendah. Sehingga sel-sel tubuh akan mengalami kekurangan energi dan menyebabkan terjadinya penurunan fungsi organ.
Di dalam lambung, karbohidrat akan di urai menjadi glukosa, protein di rubah menjadi asam amino, sedangkan lemak hanya di pecah molekulnya, yang selanjutnya akan di emulsifikasi di dalam duodenum oleh cairan empedu.
Glukosa nantinya akan di gunakan sebagai bahan metabolisme energi di dalam sel. Asam amino diperlukan salah satunya sebagai bahan untuk membentuk atau membangun hormon dan enzim. Hormon dan enzim tersebut diperlukan untuk mengatur dan mengkatalis berbagai reaksi metabolisme di dalam tubuh. Diantaranya adalah hormon insulin yang diperlukan glukosa agar bisa masuk ke dalam sel untuk di metabolisme dan juga enzim lipase yang diperlukan untuk mengkatalis lemak yang berada di dalam plasma darah menjadi asam lemak dan gliserol.
Apabila lemak tidak bisa di metabolisme secara sempurna oleh tubuh maka bisa menyebabkan terjadinya penumpukan limbah metabolisme lemak di dalam sistem peredaran aliran darah. Aliran darah akan dipnuhi oleh limbah lemak seperti kholesterol, LDL, trigliserida sehingga aliran darah menjadi kurang lancar, bahkan lama-kelamaan akan terbentuk banyak flak pada dinding saluran aliran darah sehingga menyebabkan terjadinya penyempitan luas penampang saluran peredaran darah atau atheroskeloris yang akhirnya akan mengakibatkan terjadinya gangguan kardiovaskuler yang berbahaya. Bahkan apabila limbah lemak tersebut teroksidasi oleh suatu radikal bebas dan tubuh sedang mengalami kekurangan antioksidan maka lemak teroksidasi tersebut bisa menyebabkan terjadinya penyakit sel abnormal.
Solusi Berdasarkan Konsep karnus Untuk Mengatasi berbagai Gangguan di Lambung saat Menjalankan ibadah Puasa Ramadhan
Apabila di telaah lebih jauh, permasalah inti dari gangguan di lambung itu sebenarnya adalah karena telah terjadinya luka atau peradangan di dinding lambung kemudian luka atau peradangan tersebut terkena cairan asam lambung akibat proses MMC. Luka atau radang tersebut disebabkan oleh berbagai faktor seperti karena terkena infeksi helicobacteri pylori atau karena produksi asam lambung yang sebelumnya memang sudah berlebih, tersekresi melebihi kemampuan daya tahan dari dinding lambungnya itu sendiri, sehingga lapisa mukosa yang berperan sebagai pelindung dinding lambung menjadi rusak dan mengalami peradangan atau luka.
Mengingat pentingnya peran asam lambung dalam penguraian sari makanan dan pembersihan saluran pencernaan dari berbagai zat berbahaya bagi tubuh, maka solusi yang dianggap paling tepat berdasarkan pengobatan konsep karnus adalah dengan cara memperbaiki, menguatkan ataupun mengobati dinding lambung yang mengalami luka tersebut serta mengembalikan jumlah sekresi asam lambung agar kembali menjadi normal, tanpa harus merekayasa produktivitas asam lambung itu sendiri. Agar lambung dapat berfungsi sebagaimana mestinya yaitu menguraikan sari makanan ke dalam bentuk yang dikriteriakan oleh sel tubuh. Peran mukosa yang sedang mengalami gangguan dapat digantikan sementara oleh suatu bahan makanan yang bernama pati resisten. Di sisi lain dinding lambung yang mengalami luka pun harus segera diperbaiki melalui regenerasi sel. Sistem tubuh kita sendiri lah yang dapat memperbaikinya, selama tersedia bahan untuk memperbaikinya.
Apakah Bahan tersebut?
Bahan tersebut adalah kombinasi dari berbagai bahan pilihan yang terdiri dari bahan yang mengandung zat aktif seperti Leucocyanidin dan quercetin yang dikombinasikan dengan protein jenis tertentu seperti kolagen yang berguna untuk membentu mempercepat regenerasi sel di daerah dinding lambung. Leucocyanidin dan quercetin merupakan suatu scavenger radikal bebas yang sangat efisien dalam mereduksi sekresi histamin dari sel mast, sehingga efektif melindungi mukosa lambung dari segala gangguan seperti ulserogenesis. Komponen bioaktif leucocyanidin dan quercetin juga memiliki efek anti bakteri dan anti inflamasi. Berdasarkan hasil riset, kedua komponen ini telah terbukti mampu menyembuhkan radang lambung (gastritis) sejenis.
Berbagai bahan tersebut termasuk bahan lainnya yang juga memiliki efek yang baik untuk menjaga kesehatan yang sudah dimanifestasikan ke dalam sebuah produk yang bernama Alga Gold (AG). Alga Gold sudah terbukti dapat mengatasi berbagai gangguan di lambung tanpa harus merekayasa sekresi asam lambung yang sebenarnya sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh.
Referensi:
Akrami Mohajeri, et al. (2013). Dose Ramadan Fasting Affects Inflammatory Responses: Evidences for Modulatory Roles of This Unique Nutritional Status via Chemokine Network.; Qujeq et al. (2002). Effects of Ramadan fasting on serum low-density and high-density lipoprotein-cholesterol concentrations.
Al-Hader et al. (1994). The effects of Ramadan fasting on certain biochemical parameters in normal subjects and in type II diabetic patients.
Lamine, et al. (2006). Food intake and high density lipoprotein cholesterol levels changes during Ramadan fasting in healthy young subjects.
Sadiya et al. (2011). Effect of Ramadan fasting on metabolic markers, body composition, and dietary intake in Emiratis of Ajman (UAE) with metabolic syndrome.; Trabelsi et al. (2011). Effects of Ramadan Fasting on Biochemical and Anthropometric Parameters in Physically Active Men.
Bakhotmah, B. (2011). The puzzle of self-reported weight gain in a month of fasting (Ramadan) among a cohort of Saudi families in Jeddah, Western Saudi Arabia
No comments:
Post a Comment