Jurnal. Teknol dan lndustri
Pangan, Vol XII, No 1 Th. 2001
PENENTUAN WAKTU PANEN DAN KONDISI FERMENTASI KOPI BERDASARKAN AKTIFITAS ENZIM PADA LENDIR BUAH KOPI (Coffee Sp)
(Determination of Harvesting Time and Fermentation Conditions of Coffee
(Coffee sp) Beans
Based on the Fruit Pericarp Enzyme Activity)
Based on the Fruit Pericarp Enzyme Activity)
Muhammad Said Didu ii‘J Peneliti Pada Direktorat
Teknologi Agroindustri, BPPT, Gedung II Lt 17 Jl. M. H. Tharnrin Jakarta
ABSTRACT
Pectinase enzyme of coffee
pencarp, containing pectinesterse and polymetilesterase, is potential to
detennine han/estlng time or to classihr coffee beans. The activity of the
enzyme on the green fiuit is higher than on the yellow one. When the fruit
become light red, the activity increaed for the second time and then decrease when
the fruit is ovempe (dark colorerfl
The optimum fermentation
condition of the ti-uit is depending on the maturation degree. Study on the
fermentation process at 25'C, suggest sorting of harvesting fruits in three
groups. ( 1) hurts are harvested 9-24 days after the fruits reach its yellowish
green color, Am (2) 25 - 32 days atterA.,, and (3) 33 — 38 days atterAa.
Fermenting at 35° C grouping into
four types of rnduration degree. (1) 9 ~ 11 days 3flE!Ao, (2) 12 — 22 days alter
Au, (3) 23 — 30 days alterAo, and (4) 24-36 days alter A0. The optimum
harvesting time is when the beans reach light red until the color starts
getting dark. The optimum activity of the pectinase enzyme is at 35°C.
PENDAHULUAN
Salah satu kebijakan pemerintah
untuk meningkatkan devisa negara adalah meningkatkan ekspor non-migas termasuk
peningkatan ekspor komodlti pertanian. Masalah mutu masih merupakan hambatan
daiam relaisasi ekspor.
Rendahnya mutu kopi yang
dhasilkan dapat mengakibatkan menumnnya kuota ekspor dan Organisasi Kopi Dunia
(lntemational Coffee Organization), rendahnya harga juai atau mendapat potongan
harga dan negara pembeli yang selanjutnya mengakibatkan kemgian yang tidak
kecil bagi petani.
Pengolahan buah kopi menjadi kopi
biji dapat dilakukan dengan cara kering atau cara basah. Mutu kopi biji yang
dengan proses cara basah Iebih baik jika dibandingkan dengan kopi biji dari
proses cara kering (Sivetz dan Foot, 1963). Salah satu masalah pengolahan kopi
secara basah adalah penghilangan iendir, karena dengan adanya lendir akan
memperlambat proses pengeringan. Disamping itu Iendir juga mempakan media
pertumbuhan mikroba yang dapat meiusak flavor kopi.
Waktu ferrnentasi daiam
penghilangan lendir harus tepat Fennentasi yang terialu lama akan menyebabkan
terjadinya termentasi alkoholik gula oleh khamir yang selanjutnya akan
mengkonsumsi atkohot dan membentuk asam asetat, asam laktat, dan asam bufirat
yang akan menurunkan mutu kopi yang dhasilkan. Sedangkan fermentasi yang
tertalu singkat kemungkinan masih tersisanya lapisan lendir beium
tertemientasi, sehingga akan mempersulit pengeringan dan memungkinkan
terjadinya termentasi Iebih lanjut yang akan menurunkan mutu kopi yang
dihasilkan. Penghilangan lendir secara mekanik menurut Kulaba (1979)
menghasilkan mutu kopi yang kurang memuaskan, karena tldak terbentuknya aroma
dan flavor yang teijadi selama proses fermentasi dan perendaman buah.
Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat aktifitas enzim pektinase pada berbagai
tingkat kematangan buah kopi.
Dari hasil penelitian ini
diharapkan dapat ditentukan tingkatkematangan dmana aktifitas enzim pektinase
optimum yang selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan waktu panen atau
pengelompokan buah kopi yang telah dipanen untuk menantukan kondsi dan waktu
fermentasi yang sesuai dengan tingkat kematangan buah.
METODOLOGI
Penentuan Waktu Perubahan Wama
Buah Kopi (T inkat Kematangan Buah) Buah yang masih berada dpohon dikuti
perubahan wamanya dan dimulai pada saat buah mencapai perkembangan maksimum,
yang ditandai dengan berubahnya wama kulit buah menjaci hijau agak kekuningan
dan daiam penelitan ini didefinisikan sebagai buah hijau (Ao).
Selanjutnya perubahan wama kulit
buah diikuti dan dicatat waktu yang dibutuhkan untuk perubahan wama kulit buah
dart hijau menjadi kuning, kuning menjadi merah muda, merah muda menjadi merah
tua, dan dan merah tua menjadi buah lewat matang (kulit buah berwama kehitaman
dan mulai mengering).
Pengamatan dan pengambilan sampel
dilakukan pada kebun kopi seluas 200 x 200 m secara diagonal dari empat sudut.
Pengambilan sampel dlakukan pada 3 (tiga) tempat pengamatan.
Aktifltas enzim pektinesterase
(Roberston, 1974) Sebanyak 8 ml larutan pektin dari jeruk daiam larutan NaCl
0.1 N ditambahkan NaOH 0.1 N secukupnya hingga pH 7.5. Kepada larutan pektin
kemudian ditambahkan 2 ml supematan lendir buah kopi. Selanjutnya pH diatur
kembali hingga pH 7.5 dengan menambahkan NaOH 0.1 N sedikit demi sedikit
Campuran diinkubasi pada suhu 25°C (Bo), 35°C (B1) dan 45°C (B1) selama 3 jam,
kemudan dititrasi dengan NaOH 0.02 N hingga pH sebelum inkubasi. Blanko
dilakukan dengan cara yang sama tanpa penambahan lendir buah kopi. Aktifltas
enzim pektinesterase dinyatakan dengan.
dimana,
a : ml titran sampel
c : total padatan terlarut
d : waktu inkubasi ( menit)
Akfifitas enzim polimetilestarase (Unberhaun dan Moore, 1969)
Sebanyak 2 ml lendir ditambahkan
pada substrat ( Iarutan pektin sitrus 1.5 % dalam bufier pH 7.5 dan NaCl 0.075
N) hingga mencapai 8 m1. Campuran lendr dan substrat diinkubasi rnasing-masing
25, 35 dan 45°C. Analisa aktititas enzim
dlakukan setelah inkubasi bertangsung selama 24 jam dengan mentitrasi campuran
dengan NaOH 0.025 N dengan menggunakan indikator phenol red. Blanko dlakukan
dengan cara yang sama tanpa penambahan larutan Iendir pada substrat. Aktifitas
enzim dinyatakan dengan ml NaOH 0.025 N per mililiter larutan lendir kopi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Waktu perubahan wama kulit buah kopi
Pengamatan ini bertujuan untuk
mengetahui waktu perubahan wama buah sebagai indikator tingkat kematangan buah.
Hasil pengamatan tersebut digunakan untuk sebagai dasar pengelompokan buah
berdasarkan tingkat kematangan yang selanjutnya digunakan untuk menganalisis
aktititas enrjm pektinasi buah beldasarkan perhedaan tingkat kematangan.
Pengamatan diiakukan mulai saat kulit buah betwama hijau ke kuning dan
seterusnya.
Hasil pengamatan menunjukkan
perubahan wama buah kopi dan kebun tempat pengamatan yang berbeda sangat
benvariasi. Rata-rata waktu yang dbutuhkan untuk perubahan wama kulit buah kopi
dapat dmhat pada Tabel 1.
Tabel 1. Waktu yang dibutuhkan
untuk pembahan wama kulit
Aktifltas Enzim Pektinesterase
(PE)
Hasil pengamatan menunjukkan,
bahwa aktifitas enzim PE pada buah nijau cukup tinggi, kemudtan menurun pada
saat buah berwama kuning. Pada tingkat kematangan berikutnya, aktifitas enzim PE
naik kembalt kemudian turun pada seat buah Iewat matang (Gambar 1)
Pengaruh tingkat kematangan buah
terhadap aktifltas enzim peknnesterase pada ketiga suhu perlakuan, menunjukkan
kecenderungan hampir sama. Hal ini dapat terlihat dari persamaan perubahan aktifitas enzim PE
akibat proses Dematangan buah kopi. Perubahan aktifitas enzim PE selama proses
pematangan buah kopi pada suhu tnkubasi 25°C oigambarkan oleh persamaan Y= 36.820-
2.272X + O 225X2—O 005X3 (r = 0.99), pada suhu inkubasi 35°C Y = 61 470-3.450X + 0.265X2 -
0.0054X3 (r = 0.99), dan pada suhu 45=C aktifitas enzim PE selama
proses pematangan buah Kopi digambarkan oleh persamaan Y = 29.157-2.187X + 0
2O5X2 - 0.004X3 (r = 0.97).
Tingginya akttfitas enzim PE pada
buah hijau dapat disebabkan belum terjadnya imbibisi enzim ke dalam lendir
secara sempurna, sehingga pada saat pemisahan lendir sebagian enzim yang telah
terbentuk ikut bersama lapisan Iendir yang telah dipisahkan. Disamping itu,
pada buah hijau senyawa pektin yang telah terbentuk masih kurang, sehingga enzim
yang terdapat pada lendir masih mempunyai bagian aktit (active site) yang cukup
besar. Rendahnya aktifitas enzim PE pada buah kuning disebabkan oleh adanya enzim
yang sementara terikat pada substrat membentuk ikatan kompleks enzim—substrat
(ES), sehingga pada saat pemisahan lendr, ikatan kompleks ES ikut bersama
endapan lendir.
Gambar 1. Hubungan aktifitas enzim
pektinase (PE.U)TPT|9l'1dil" buah kopi dengan tingkat kematangan buah pada
tiga suhu inkubasi (°C)
Setelah buah mulai berwama merah
muda aktifitas enzim mulai naik, hal ini dapat disebabkan karena teiah
terjadinya imbibisi enzim secara sempuma ke dalam lendir dan sebagian Ekatan
kompleks ES telah terurai menjadi enzim subslrat, sehingga jumlah enzim yang
aktif semakin basar. Hal ini didukung dengan semakin banyaknya total padatan
terlarut lendir buah kopi pada tingkat kematangan ini dan kemungkinan besar
bahan yang tenarut adalah enzim d|samping senyawa gula.
Aktifltas enzim PE pada buah yang
lewat matang sangat rendah, jika dibandingkan dengan aktifitas enzim PE pada
tingkat kematangan sebelumnya. Hal ini disebabkan telah rusaknya enzim akibat
pengaruh lingkungan, terrnasuk suhu, karena kulit buah kopi tidak sanggup lagi
melkndungi enzim dari pengaruh suhu Iingkungan. Disamping itu kandungan air
lendir buah kopi lewat matang sudah menurun, sedangkan daiam proses pemecahan
senyawa pektin oleh enzim PE, membutuhkan air. Dengan berkurangnya air, maka
kulit buiah menjadi kering, sehingga enzim yang terdapat sekitar kulit ikut
mengering.
Turunnya aktifitas enzim PE
setelah buah mulai berwama merah kehitaman (24 han' setelah A0) juga disebabkan
Karena turunnya pH Iendir. Menurut Riz (1971) pH Iendir buah kopi semakin
menurun dengan semakin rnatangnya buah. penurunan pH ini menyebabkan turunnya
aktifitas enzim PE, karena pH optimum PE sekitar 7.0-8.0 (Schwimmer, 1981).
Pada gambar 1 teriihat, bahwa
aktifitas enzim PE pada suhu 35°C lebih tinggi jika dibandngkan dengan aktifitas
enzim PE pada suhu 25 dan 45°C dan dan ketiga suhu periakuan aktifitas enzim PE
terendah terjaci pada suhu inkubasi 45°C. Rendahnya aktifitas enzim PE pada suhu
45°C disebabkan karena pada suhu tersebut stabilitas enzim lerganggu. Menumt
Laurenzo dan Catutani (1993), stabilitas enzim PE pada suhu 45°C turun sebasar
30 persen selama 60 menit, sedangkan pada suhu 30<=C stabilitasnya hanya
turun 10 persen dengan selang waktu yang sama.
Aktifitas enzim PE pada suhu 25°C
rendah karena pada suhu tersebut belum tercapai suhu optimum aktifitas enzim PE,
yaitu 30-60°C (Laurenzo dan Catutani, 1993).
Aktifitas Enzim Polimetilesterase
(PME) Enzim polimetilesterase (PME) cukup besar peranannya dalam proses
penguraian senyawa pektin, yaitu menghasilkan subtrat yang akan duraikan lebih
lanjut oleh enzim poligalakturonase (Unberhaun dan Moore, 1969).
Analisa sidik ragam aktifitas
enzim PME pada berbagai tingkat kematangan buah kopi menunjukkan, bahwa flngkat
kematangan buah dan suhu inkubasi berpengaruh sangat nyata lemadap aktifitas
enzim PME, namun antara suhu inkubasi dan tingkat kematangan buah tidak
memperlihatkan interaksi yang nyata terhadap aktifitas enzim PME.
Perubahan aktifitas enzim PME
selama proses pematangan buah kopi pada suhu inkubasi 25°C, 35°C dan 45°C yang
masing-masing digambarkan oleh persamaan
Y = 0.354 + 0.047X - 0.001X1 (r =
0.99), Y = 1.276 + 0.074X - 0.002X2 (r = 0.97) dan Y = 0.45 proses
pematangan buah kopi dapat dilihat pada Gambar 2.
Pada gambar 2, teriihat, bahwa
aktifltas enzim PME pada lendir buah kopi cukup tinggi pada suhu 35°C, jika
dibandingkan dengan aktrfitas enzim PME pada suhu 45°C.
Aktifitas enzim PME pada buah
hijau, dan tiga suhu penakuan lebih rendah, jika dibandingkan dengan aktifitas
enzim PME pada buah kuning, merah muda dan merah tua.
Setelah buah mulai berwama merah
muda aktivitas enzim mulai naik, hal ini dapat disebabkan karena teiah terjadinya
imbibisi enzim secara sempuma ke dalam lendir dan sebagian Ekatan kompleks ES
telah terurai menjadi enzim subslrat, sehingga jumlah enzim yang aktif semakin
basar. Hal ini didukung dengan semakin banyaknya total padatan terlarut lendir
buah kopi pada tingkat kematangan ini dan kemungkinan besar bahan yang tenarut
adalah enzim disamping senyawa
gula.
Aktifltas enzim PE pada buah yang
lewat matang sangat rendah, jika dibandingkan dengan aktifitas enzim PE pada
tingkat kematangan sebelumnya. Hal ini disebabkan telah rusaknya enzim akibat
pengaruh lingkungan, terrnasuk suhu, karena kulit buah kopi tidak sanggup lagi
melkndungi enzim dari pengaruh suhu Iingkungan. Disamping itu kandungan air
lendir buah kopi lewat matang sudah menurun, sedangkan daiam proses pemecahan
senyawa pektin oleh enzim PE, membutuhkan air. Dengan berkurangnya air, maka
kulit buiah menjadi kering, sehingga enzim yang terdapat sekitar kulit ikut mengering.
Turunnya aktifitas enzim PE
setelah buah mulai berwama merah kehitaman (24 han' setelah A0) juga disebabkan
Karena turunnya pH Iendir. Menurut Riz (1971) pH Iendir buah kopi semakin menurun
dengan semakin rnatangnya buah. penurunan pH ini menyebabkan turunnya aktifitas
enzim PE, karena pH optimum PE sekitar 7.0-8.0 (Schwimmer, 1981).
Pada gambar 1 teriihat, bahwa
aktifitas enzim PE pada suhu 35°C lebih tinggi jika dibandngkan dengan aktifitas
enzim PE pada suhu 25 dan 45°C dan dan ketiga suhu periakuan aktifitas enzim PE
terendah terjaci pada suhu inkubasi 45°C.
Rendahnya aktifitas enzim PE pada
suhu 45°C disebabkan karena pada suhu tersebut stabilitas enzim lerganggu.
Menumt Laurenzo dan Catutani (1993), stabilitas enzim PE pada suhu 45°C turun
sebasar 30 persen selama 60 menit, sedangkan pada suhu 30<=C stabilitasnya
hanya turun 10 persen dengan selang waktu yang sama. Aktifitas enzim PE pada
suhu 25°C rendah karena pada suhu tersebut belum tercapai suhu optimum aktifitas
enzim PE, yaitu 30-60°C (Laurenzo dan Catutani, 1993). Aktifitas Enzim
Polimetilesterase (PME) Enzim polimetilesterase (PME) cukup besar peranannya dalam
proses penguraian senyawa pektin, yaitu menghasilkan subtrat yang akan duraikan
lebih lanjut oleh enzim poligalakturonase (Unberhaun dan Moore, 1969).
Analisa sidik ragam aktifitas
enzim PME pada berbagai tingkat kematangan buah kopi menunjukkan, bahwa flngkat kematangan
buah dan suhu inkubasi berpengaruh sangat nyata lemadap aktifitas enzim PME,
namun antara suhu inkubasi dan tingkat kematangan buah tidak memperlihatkan interaksi
yang nyata terhadap aktifitas enzim PME. Perubahan aktifitas enzim PME selama
proses pematangan buah kopi pada suhu inkubasi 25°C, 35°C dan 45°C yang
masing-masing digambarkan oleh persamaan Y = 0.354 + 0.047X - 0.001X1 (r =
0.99), Y = 1.276 + 0.074X - 0.002X2 (r = 0.97) dan Y = 0.45 proses
pematangan buah kopi dapat dilihat pada Gambar 2.
Pada gambar 2, teriihat, bahwa
aktifltas enzim PME pada lendir buah kopi cukup tinggi pada suhu 35°C, jika dibandingkan
dengan aktrfitas enzim PME pada suhu 45°C.
Aktifitas enzim PME pada buah
hijau, dan tiga suhu penakuan lebih rendah, jika dibandingkan dengan aktifitas enzim
PME pada buah kuning, merah muda dan merah tua.
aktifitas enzim PME lebih tinggi dari suhu
inkubasi iainnya dan menujukkan perbedaan yang nyata.
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Aktifitas enzim pektinesterase
iendir buah kopi pada buah hijau cukup tinggi dan semakin menurun sampai buah berwama
merah muda. Seteiah tingkat kematangan tersebut akiifitasnya semakin meningkat,
dan menurun kembaii pada saat buah mulai berwama merah kehitaman. Waktu panen optimum
buah kopi hendaknya dilakukan pada saat buah berwama merah muda sampai buah
muiai berwama kehitaman. Suhu optimum aktifitas enzim pektinase lendir buah
kopi adalah 35 °C. Aktifitas enzim poligalakturonase pada suhu inkubasi 25°C
dan 45°C semakin meningkat dengan semakin matangnya buah kopi, sedangkan pada
suhu inkubasi 35°C aktifitasnya meningkat pada saat buah mulai berwama merah
muda, kemudian semakin menurun setelah buah mulai berwama merah tua.
Fermentasi yang dilakukan secara alami pada suhu 25°C, pemetikan buah dibagi menjadi 3 kelompok pemetikan, yaitu pemetikan dilakukan pada saat 9-24 (1), 25-32 (1I) dan 33-38 (III) hari setelah pada kulit buah mulai tampak wama kekuningan (Ao). Waktu fermentasi untuk kelompok I dan II, masing-masing 3.70 dan 2.37 kali waktu fermentasi untuk kelompok II. Fermentasi yang dilakukan pada suhu 35°C, pemetikan buah dibagi menjadi 4 kelompok pemetikan, yaitu pemetikan dilakukan pada saat 9-11 (1), 12-22 (II), 23-30 (II) dan 31-37 (IV) hari setelah Ao. Waktu fermentasi kelompok I, II dan IV, berturut-turut 1.49, 1.25 dan 1.33 kali waktu fermentasi untuk kelompok pemetikan III.
Fermentasi yang dilakukan secara alami pada suhu 25°C, pemetikan buah dibagi menjadi 3 kelompok pemetikan, yaitu pemetikan dilakukan pada saat 9-24 (1), 25-32 (1I) dan 33-38 (III) hari setelah pada kulit buah mulai tampak wama kekuningan (Ao). Waktu fermentasi untuk kelompok I dan II, masing-masing 3.70 dan 2.37 kali waktu fermentasi untuk kelompok II. Fermentasi yang dilakukan pada suhu 35°C, pemetikan buah dibagi menjadi 4 kelompok pemetikan, yaitu pemetikan dilakukan pada saat 9-11 (1), 12-22 (II), 23-30 (II) dan 31-37 (IV) hari setelah Ao. Waktu fermentasi kelompok I, II dan IV, berturut-turut 1.49, 1.25 dan 1.33 kali waktu fermentasi untuk kelompok pemetikan III.
SARAN
Perlu diadakan penelitian untuk menentukan berapa jauh pengaruh tingkat kematangan buah kopi terhadap mutu kopi yang dihasilkan. Perlu diadakan suatu penelitian untuk menentukan standar pemetikan buah kopi agar diperoleh mutu kopi yang baik dan seragam.
Perlu diadakan penelitian untuk menentukan berapa jauh pengaruh tingkat kematangan buah kopi terhadap mutu kopi yang dihasilkan. Perlu diadakan suatu penelitian untuk menentukan standar pemetikan buah kopi agar diperoleh mutu kopi yang baik dan seragam.
DAFTAR PUSTAKA
Fennema, R.W., ed. 1976.
Principle of Food Science, Food Chemistry. Mercel Dekker lnc., New York.
Kulaba, G.W. 1979. Cofee
Processing Research. A Review. Kenya Cofee vol 46, No. 459: 351 -359.
Lourenzo, J.E. and AT. Catutani.
1983. Purification and Properties of Pectinesterase from Papaya. J. Sci. Food
Agr. Vol 35: 1120- 1127.
Roberston. G.L 1974.
Pektinesterasi in New Zealand Grape Fruit Juice. J. Sci. Food Agr. 1976, 27 :
261 265.5
Schwimmer, S. 1971. Source Book
of Food Enzymology. The AVI Publishing Company lnc., Westpon, Connecticut.
Sivetz, M. and H.E. Foot. 1963.
Cofee Processing Technology. Volume l. The AVl Publishing Company
lno. Westport, Connecticut.
Unberhaun, L.M. and LD. Moore. 1969. Pectic Enzymes Associated with Balck Root
of Tobacco. Phytopathology vol. 60 I 304 — 308